Bisnis.com, MATARAM – Tingkat pengangguran terbuka di Nusa Tenggara Barat mulai turun secara bertahap seiring dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung pasca pandemi Covid-19.
Bank Indonesia mencatat angka tingkat pengangguran terbuka di NTB hingga Agustus 2022 sudah berada di bawah 3 persen atau sekitar 2,8 persen, dengan jumlah 1.800 orang.
Saat pandemi Covid-19 tingkat pengangguran terbuka di NTB sempat berada di level 4,5 persen karena banyaknya pekerja yang terdampak pandemi, mulai dari pengurangan jam kerja hingga Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK.
Kepala BI NTB, Heru Saptaji menjelaskan tren penurunan tingkat pengangguran ini akan terus berlanjut pada 2023 seiring dengan semakin terbukanya lapangan kerja di berbagai sektor.
“Serapan tenaga kerja di NTB kami optimis semakin baik, terlihat dari pengangguran terbuka yang semakin turun seiring dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di daerah,” jelas Heru, Jumat (6/1/2023)
Turunnya pengangguran di NTB juga dipicu oleh terbukanya kembali akses bekerja di luar negeri yang sempat ditutup selama pandemi. Setelah dibuka kembali, ribuan pekerja migran asal NTB sudah kembali berangkat ke berbagai negara penempatan.
Baca Juga
Balai Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) NTB mencatat hingga Januari 2023, jumlah PMI yang sudah berangkat mencapai 17.255 orang. Dari 17.255 PMI, Mayoritas negara penempatan adalah Malaysia 16.912 PMI, Taiwan 77 PMI, Brunei Darussalam 63 PMI, Saudi Arabia 81 PMI, Hongkong 6 PMI, Papua Nugini 9 PMI, UEA 6 PMI, Qatar 6 PMI, Oman 5 PMI, Laos 3 PMI, sedangkan Turki, Kuwait, Italia dan Yordania masing – masing 1 PMI.
Kepala BP3MI NTB, Mangiring Hasoloan menjelaskan Malaysia masih menjadi negara tujuan utama para pekerja migran NTB terutama untuk yang bekerja di sektor perkebunan sawit.
“Setiap bulan kami memfasilitasi pelatihan bagi 3.000 orang calon PMI yang akan bekerja di perkebunan sawit,” jelas Mangiring dari siaran pers.
Bekerja di perkebunan sawit masih menjadi primadona bagi PMI NTB karena tidak membutuhkan syarat pendidikan yang tinggi seperti profesi lainnya. Mayoritas PMI NTB yang memilih berangkat ke Malaysia merupakan pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah.