Bisnis.com, MATARAM - Rumah Sakit di Nusa Tenggara Barat mulai mengalami krisis oksigen sehingga berdampak terhadap tertundanya operasi di Rumah Sakit.
Stok oksigen yang diperkirakan cukup oleh Pemprov NTB dengan produksi 220 ton setiap bulan ternyata meleset. Ketua IDI NTB Dr.Kumolo menjelaskan saat ini rumah sakit di Mataram saja sudah kekurangan oksigen sehingga sejumlah operasi harus tertunda.
"Contohnya saja di RSUD NTB Sejumlah syaraf harus ditunda karena tidak adanya oksigen yang cukup di rumah sakit. Saya spesialis syaraf punya pasien antre untuk operasi, tetapi harus ditunda karena ketersediaan oksigen memang tidak cukup. Oksigen likuid susah sekali mendapatkan, operasi di atas 30 menit tidak bisa dilakukan tanpa oksigen," jelas Rohadi, Rabu (4/8/2021).
Rohadi meminta kepada pemangku kebijakan seperti Kementerian Kesehatan untuk mengatasi masalah kelangkaan oksigen di rumah sakit NTB. "Saat ini rumah sakit swasta juga mulai membatasi operasi karena tidak ada oksigen, kami mohon kepada Kemenkes bagaimana mengatasi solusi ini," ujar Rohadi.
Masalah lain yang dihadapi NTB khususnya di pulua Sumbawa kekurangan dokter spesialis yang dibutuhkan di tengah pandemi Covid-19. Dr.Dody menjelaskan 3 kabupaten di pulau Sumbawa hanya memiliki satu dokter spesialis anestesi.
"Di kota Bima ada satu spesialis anestesi yang menangani tiga kabupaten kota Bima, kabupaten Bima dan Dompu, ini juga menjadi masalah SDM kita. Spesialis paru tidak ada apalagi ventilator," ujar Dody.
Baca Juga
Sementara itu, data Mitigasi IDI mencatat kematian dokter di NTB hingga 3 Agustus 2021 sebanyak dua orang. Kondisi tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat juga sudah memprihatinkan, khususnya di pulau Sumbawa dengan keterbatasan SDM.
"Nakes sudah mulai kelelahan, sementara di Sumbawa perekrutan relawan, dokter juga susah," jelas Rohadi.
Kasus Covid-19 di NTB hingga 3 Agustus 2021 bertambah 221 orang, sembuh 322 orang dan meninggal 4 orang. Sedangkan secara kumulatif terdapat 20.905 orang positif, 18.396 sembuh, dan 702 meninggal. Ibu kota NTB, Mataram saat ini menerapkan PPKM level 4 karena tingginya kasus dan telah masuknya varian delta. (K48)