Bisnis.com, DENPASAR – Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) diproyeksikan tumbuh berkisar 1,5 persen hingga 2,3 persen (yoy) pada 2023. Rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut karena sejumlah sektor strategis mengalami perlambatan pertumbuhan.
Pada kuartal II/2023 saja, pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi 1,54 persen (yoy), yang disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan yang juga terkontraksi 24,45 persen (yoy) sebagai dampak dari perolehan kuota ekspor yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Kondisi tersebut turut mendorong kinerja ekspor luar negeri NTB mengalami kontraksi 89,19 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap menjelaskan pertumbuhan ekonomi NTB pada 2023 didorong tingkat konsumsi yang lebih baik serta peningkatan kinerja investasi sejalan dengan berlangsungnya pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat yang ditargetkan rampung pada awal 2024.
Nilai investasi pembangunan smelter tersebut mencapai Rp21,6 triliun dan saat ini pembangunannya terus dikebut karena Pemerintah menargetkan smelter tersebut selesai tahun depan. Smelter diproyeksikan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru NTB karena menciptakan nilai tambah dari pengolahan hasil tambang.
Berry menjelaskan secara sektoral pertumbuhan ekonomi NTB pada 2023 didukung oleh peningkatan kinerja di sektor perdagangan dan konstruksi. Dari sisi kebijakan, penghapusan status pandemi telah mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan pariwisata di NTB.
“Pelaksanaan event internasional lebih banyak dibanding 2022, apalagi pada 2023 ada MotoGP, MXGP sebanyak dua seri dan event lainnya. Event – event ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi NTB,” jelas Berry dikutip dari keterangan resminya, Rabu (27/9/2023).
Baca Juga
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB pada 2023 tertahan oleh sejumlah faktor seperti potensi terjadinya El Nino dengan skala rendah hingga moderat di tahun 2023 dan alokasi pupuk subsidi yang lebih rendah yang berdampak terhadap produktivitas petani. Kemudian perolehan kuota ekspor yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, serta masih tingginya genangan air di dasar tanah yang menghambat kegiatan penambangan open pit.
Penghambat lainnya adalah berakhirnya pemberian insentif PPnBM, PPh di 2022, termasuk penyesuaian harga untuk kendaraan jenis LCG. Berry juga menyebut pagu belanja pemerintah 2023 lebih rendah dan hanya tumbuh 0,45 persen (yoy) dari realisasi belanja tahun 2022 turut menahan laju pertumbuhan ekonomi NTB.