Bisnis.com, DENPASAR – Harga cabai rawit di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai merangkak naik di tingkat pengecer akibat tingginya permintaan di tingkat regional maupun dari luar daerah.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti menjelaskan saat ini harga cabai rawit di tingkat pengecer Rp70.000 - Rp72.000 per kg, bahkan di sejumlah tempat sudah menjual di harga Rp80.000 per kg. Sebenarnya stok cabai di NTB mencapai 9.753 ton untuk stok per minggu, sedangkan kebutuhan setiap pekan di NTB hanya sekitar 200 - 300 ton.
Mulai naiknya harga menurut Nelly karena permintaan cabai rawit dari luar daerah juga terbilang tinggi dan pembeli dari luar daerah berani membayar dengan harga yang lebih tinggi dari harga lokal.
“Jadi kalau pembeli dari luar daerah berani di harga Rp70.000 misalnya, maka itu juga menjadi patokan untuk harga di dalam NTB, sementara itu petani atau distributor harus segera menghabiskan cabai rawit karena tidak bisa tahan lama, salah satu caranya dengan menjual ke luar daerah,” jelas Nelly saat dikonfirmasi Bisnis, Senin (20/2/0223).
NTB aktif mengirim cabai rawit ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Bali, hingga ke Batam. Penjualan cabai rawit ke luar daerah tidak bisa dicegah karena posisi NTB sebagai daerah pemasok pangan nasional, kemudian produk industri turunan cabai di NTB belum berjalan optimal, selain itu NTB juga belum memiliki cold storage yang bisa mengawetkan komoditas sehingga tahan lama.
Menurut Nelly, penyediaan cold storage terkendala mahalnya biaya operasional, sementara anggaran daerah untuk pemeliharaan cold storage masih terbatas. Tapi upaya pengadaan cold storage terus dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga seperti Bank Indonesia.
Baca Juga
“NTB butuh satu cold storage aja sebenarnya, misalnya ditaruh di Mandalika, sehingga komoditas yang tidak tahan lama seperti cabai bisa tahan lama, tentunya harga bisa terkendali jika ada cold storage, misalnya ketika harga komoditas sangat murah petani bisa taruh dulu di cold storage baru ketika harga dikeluarkan, begitu juga dengan kenaikan harga bisa dikendalikan,” ujar dia.
Upaya sementara yang bisa dilakukan oleh Pemda untuk menurunkan harga cabai rawit jelang Ramadan dengan operasi pasar yang sudah mulai dilakukan, bahkan operasi pasar sudah dilakukan setiap hari oleh tim pengendali inflasi daerah (TPID).
Nelly menyebut saat ini TPID fokus pada pengendalian harga tiga komoditas yang sedang naik yakni cabai rawit, beras, dan minyak goreng.
Untuk harga beras, Bulog sudah mengguyur pedagang eceran dengan puluhan ton beras medium dan premium. Dinas perdagangan mencatat saat ini stok beras di Bulog mencapai 47.000 ton, stok tersebut dijamin aman hingga ramadan, sementara untuk minyak goreng merek Minyakita sudah datang 40.000 liter dari pemerintah pusat untuk stabilisasi harga.
“Selain itu masyarakat diharapkan mengikuti anjuran membeli 2 liter per hari untuk Minyakita sehingga tidak terjadi penumpukan, hindari membeli dalam jumlah banyak agar konsumen lain juga mendapatkan Minyakita,” ujar Nelly.