Bisnis.com, MATARAM– Konsistensi para petani vanili organik di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur menjaga kualitas dengan baik berdampak ke kesejahteraan petani yang terus meningkat dan bergeliatnya ekonomi desa.
Vanili merupakan komoditas andalan desa Sajang sejak puluhan tahun lalu, hamparan lahan yang subur di lereng gunung Rinjani menjadikan vanili tumbuh dengan mudah di daerah yang dengan ketinggian 850 mdpl ini. Vanili organik di Desa Sajang sejak dulu menjadi incaran para pembeli dari luar negeri, terutama dari negara maju yang membutuhkan untuk diolah menjadi berbagai produk.
Ruslan, salah satu petani vanili menjelaskan dia merupakan generasi ketiga petani vanili organik di desa Sajang. Ruslan mengaku melanjutkan tradisi sebagai petani vanili organik karena harga dan pasarnya sudah jelas, dia bersama petani lainnya menanam vanili untuk ekspor ke Amerika Serikat.
“Vanili organik ini harganya bagus sehingga sangat berpotensi untuk terus dikembangkan, sekarang banyak anak muda yang menjadi petani vanili karena melihat prospeknya yang bagus. Kuncinya menanam vanili ada pada perawatan, kita melakukan pemangkasan selektif, kalau pupuk tidak perlu karena organik,” jelas Ruslan kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sejak 2002 hingga saat ini, Vanili organik Sajang sudah diekspor ke Amerika Serikat melalui UD. Rempah Organik Lombok, yang menjadi offtaker vanili organik di Lombok. Setiap tahun, 6 ton vanili Sajang yang kering diekspor ke Eropa. Sebelum diekspor, petani menjual vanili basah ke UD.Rempah Organik Lombok dengan harga Rp115.000 – Rp145.000, harga jual petani ditentukan oleh harga di pasar global dan kualitas vanili. Harga tersebut menurut Ruslan sudah tinggi untuk ukuran vanili basah.
Petani di Sajang juga sudah mengembangkan penanaman vanili dengan konsep greenhouse. Ruslan mengaku green house ini diadakan melalui dukungan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui program demplot atau lahan percontohan. Ruslan mengaku vanili yang ditanam di greenhouse lebih berkualitas dan hasilnya lebih banyak jika dibandingkan dengan vanili yang ditanam secara konvensional. Kendalanya greenhouse membutuhkan biaya yang besar di awal, sehingga support dari Bank Indonesia ini dinilai sangat bermanfaat karena bisa memangkas biaya.
Selain greenhouse, Bank Indonesia juga banyak memberikan pelatihan tentang pertanian vanili organik dengan mendatangkan para pakar. Berkat pelatihan tersebut para petani mengaku mendapatkan ilmu baru tentang vanili organik yang bisa diimplementasikan secara langsung.
Eksportir Vanili, Muhir Ali menjelaskan ekspor vanili Lombok khususnya vanili organik Sajang memiliki history yang panjang. Dia masuk ke Sajang sejak 2002 dengan membawa bendera sebuah perusahaan Amerika Serikat yang mengimpor vanili dari Indonesia. Namun sejak 2010 dia keluar dari perusahaan tersebut dan mendirikan UD.Rempah Organik Lombok untuk menyerap dan mengekspor vanili ke luar negeri.
Sejak masuk pada 2002 Muhir melakukan pembinaan kepada petani vanili agar menanam vanili kualitas ekspor. Salah satu langkah penting yang dilakukan Muhir dengan mendorong sertifikasi vanili petani vanili organik Sajang, saat ini sudah ada dua petani yang memiliki sertifikat petani organik, sertifikasi ini penting sebagai syarat untuk ekspor ke luar negeri.
Muhir berperan sebagai offtaker atau pembeli vanili basah dari petani di Sajang, kemudian dia melakukan proses pengeringan di UD.Rempah Organik Lombok yang berada di Desa Sakra, Lombok Timur. Pengeringan di Desa Sakra karena desa tersebut memiliki sinar matahari yang bagus. Setiap 1 kg vanili kering, membutuhkan 7 kg - 8 kg petani basah. Setelah dikeringkan vanili dikemas dan diekspor ke Amerika Serikat.
Saat ini ekspor vanili difokuskan ke Amerika Serikat, karena permintaan yang cukup tinggi, bahkan permintaan jauh lebih tinggi dari volume ekspor saat ini. Saat ini, baru 10 persen dari permintaan buyer di Amerika yang bisa dipenuhi. Untuk soal harga, Muhir mengaku membeli dengan harga yang pantas dan berkeadilan, sehingga petani bisa sejahtera dari vanili.
“Sejak saya masuk sebagai offtaker, saya berusaha menghadirkan harga yang berkeadilan, agar tidak hanya tengkulak yang untung besar ketika panen, petani juga berhak untuk untung besar sebagai pemilik komoditas, jangan ketika panen tengkulak yang potong sapi, petani hanya potong ayam, jadinya sangat timpang. Alhamdulillah, 20 tahun lebih saya menjadi mitra, tidak pernah ada masalah soal harga, karena kami memberikan harga yang layak,” jelas Muhir ketika ditemui Bisnis.
Sebagai offtaker, Muhir mengaku membuka informasi pasar seluas – luasnya terhadap harga vanili di tingkat global, tujuannya agar petani paham alur ekspor vanili. Dia juga membuka pintu untuk buyer bisa berkomunikasi langsung dengan petani di Sajang. Selain menyerap vanili, sebagai offtaker Muhir juga aktif melakukan pemberdayaan sosial masyarakat di Desa Sajang sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Pemberdayaan sosial yang dilakukan antara lain dengan pembinaan kalangan muda, pengembangan komoditas potensial selain vanili seperti kopi, sehingga komoditas unggulan di Sajang semakin beragam.
Langkah pemberdayaan yang dia lakukan di Sajang menurut Muhir tidak lepas dari dukungan Bank Indonesia NTB. Dia mengaku fasilitas greenhouse, fasilitas pengeringan dan berbagai pelatihan sangat berdampak positif terhadap perkembangan petani di Sajang. “Bank Indonesia memberi dampak besar bagi perkembangan petani vanili di Sajang, banyak bantuan. Sampai saat ini BI NTB menjadi mitra strategis yang terus mendorong kami untuk maju dan go ekspor,” kata Muhir.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI NTB, Heru Saptaji menjelaskan bangga dengan vanili organik di Sajang, khususnya vanili greenhouse yang sudah menunjukkan kemajuan yang sangat positif karena dirawat dengan optimal oleh petani di Sajang. Heru berharap, demplot yang sudah dibuat oleh Bank Indonesia bisa direplikasi secara luas, sehingga kualitas vanili organik di Sajang semakin meningkat. Kesuksesan ekspor vanili organik menurut Heru kuncinya pada petani yang konsisten menjaga kualitas vanili. Jika terus disiplin dan mau belajar, petani organik akan semakin maju.
“Yang paling penting mental teman - teman petani untuk terus disiplin, dan memperhatikan aspek kualitas, kuantitas dan kesinambungan atau K3 semakin menjadi mindset berpikir mereka. Tidak instan mindset tetapi struggler mindset, mempertahankan mental pejuang - petarung,” kata Heru.
Vanili Organik Sajang merupakan salah satu binaan Kantor Perwakilan BI NTB sejak 2020. Bank Indonesia mendorong komoditas unggulan NTB seperti vanili untuk go ekspor, sehingga NTB tidak hanya bergantung ke ekspor komoditas tambang.