Bisnis.com, DENPASAR – Hilirisasi porang di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai dilakukan secara masif dengan berdirinya pabrik pengolahan porang yang dibangun oleh swasta yakni PT.Rezka Nayatama di Lombok Barat dan sudah mulai beroperasi sejak 26 Juli 2023 lalu.
Pabrik porang pertama di NTB ini bagian dari upaya pemerintah untuk menekan pengiriman porang mentah ke luar NTB yang selama ini terjadi. Porang NTB banyak diserap ke daerah industri seperti Surabaya bahkan luar negeri, sementara NTB belum mendapatkan nilai tambah dari komoditas unggulan tersebut.
General Manager PT. Rezka Nayatama, Abdullah menjelaskan yang membedakan pabrik porang ini dengan pabrik porang lainnya yang ada di indonesia adalah pabrik ini sudah terintegrasi dengan Internet of Things (IOT) dengan memanfaatkan sensor dan software tertentu dalam pengendalian proses pengolahan porang di pabrik tersebut.
Menurut Abdullah pemanfaatan IOT untuk pengolahan porang merupakan yang pertama di Indonesia. "Semua parameter produksi dikendalikan melalui ruang kontrol atau control room sehingga tidak perlu manual lagi. Dengan IOT kami bisa mengetahui bagian mesin mana yang tidak berfungsi di dalam sebuah layar monitor saja, semuanya didapat dengan adanya IOT,” jelas Abdullah, Kamis (3/8/2023).
Kapasitas produksi pabrik porang ini mencapai 1.000 ton per hari, sedangkan untuk bahan baku porang sendiri akan disuplai dari kabupaten Lombok Utara dan Lombok Barat yang memang selama ini menjadi lumbung porang NTB. Porang juga mulai menanam di Lombok Timur oleh masyarakat dengan luas tanam yang berbeda - beda.
Sementara itu kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti menjelaskan komoditas umbi porang yang ada di NTB memiliki potensi yang sangat besar baik di pasar nasional maupun internasional. Selama ini petani hanya menjual mentah ke luar daerah tanpa mendapat nilai tambah dari porang. Dengan adanya pabrik porang akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat, Dengan teknologi, limbah pabrik dari porang pun bisa diolah menjadi pupuk dan makanan bagi unggas.
Baca Juga
"Umbi porang yang ada di NTB selama ini kita hanya bisa menjual mentah, sekarang sudah bisa memproduksi berbagai macam produk turunan seperti tepung glukomanan. Tepung glukomanan dapat menjadi substitusi produk tepung, dan memiliki potensi penerimaan yang besar di masyarakat hingga mancanegara, hal ini bisa menjadi peluang pasar baru," Jelas Nuryanti.
Pabrik ini diproyeksikan akan menghasilkan 240 ton tepung glukomanan dengan kadar 90 persen dalam satu tahun, dengan rata-rata produksi 20 ton per bulan. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan lebih dari 4.000 ton porang mentah per tahun.