Bisnis.com, DENPASAR – Realisasi penerimaan bea masuk di Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat 8,20 persen menjadi Rp19,58 miliar pada Februari 2023. Capaian penerimaan ini 19,57 persen dari target yang ditetapkan pada 2023.
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Bali, NTB, dan NTT, Saut Mulia menjelaskan pertumbuhan penerimaan bea masuk didorong oleh tumbuhnya tonase barang impor melalui KPPBC Sumbawa dan meningkatnya aktivitas pendaftaran IMEI melalui bandara.
“Kami mencatat ada pertumbuhan tonase barang impor sejumlah 16.078,92 ton dari KPPBC Sumbawa, kemudian meningkatnya aktivitas pendaftaran IMEI sebanyak 51 dok. Atau tumbuh 115,91 di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Dua komponen ini yang mendorong peningkatan penerimaan bea masuk di NTB,” jelas Saut dikutip dari keterangan resminya, Senin (20/3/2023).
Baca Juga
Selain itu devisa impor juga tercatat tumbuh 14,93 persen dengan nilai US$34,5 Juta, pertumbuhan devisa impor ini didorong oleh pertumbuhan impor atas barang modal dan bahu penolong yang masing – masing tumbuh 221,32 persen dan 1,70 persen.
Saut juga menjelaskan, berbeda dengan bea masuk yang tumbuh pada Februari 2023, realisasi bea keluar justru mengalami kontraksi 45,77 persen atau turun menjadi Rp161,56 miliar. Turunnya penerimaan bea keluar dipicu oleh diturunkannya tarif bea keluar untuk konsentrat tembaga yang awalnya 5 persen menjadi 2,5 persen.
Sedangkan realisasi penerimaan cukai tercatat sejumlah Rp3,54 miliar pada Februari 2023 atau tumbuh 14,58 persen. “Pertumbuhan penerimaan cukai di NTB didorong oleh naiknya produksi barang kena cukai hasil tembakau berupa Sigaret Kretek Tangan (SKT) sejumlah 2,52 juta batang,” ujar Saut.