Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemulihan Lambat, Bali Perlu Diversifikasi Ekonomi

Bali membutuhkan diversifikasi ekonomi agar tidak tergantung pada satu sektor.
Wisatawan mengantre saat naik ke kapal cepat untuk menyeberang menuju Pulau Nusa Penida saat liburan panjang berkenaan dengan Hari Paskah di Pelabuhan Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (15/4/2022). Pihak pelabuhan menyebutkan sejak tiga hari terakhir jumlah wisatawan yang menyeberang ke Pulau Nusa Penida mengalami peningkatan rata-rata 15 persen./Antara-Nyoman Hendra Wibowo.
Wisatawan mengantre saat naik ke kapal cepat untuk menyeberang menuju Pulau Nusa Penida saat liburan panjang berkenaan dengan Hari Paskah di Pelabuhan Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (15/4/2022). Pihak pelabuhan menyebutkan sejak tiga hari terakhir jumlah wisatawan yang menyeberang ke Pulau Nusa Penida mengalami peningkatan rata-rata 15 persen./Antara-Nyoman Hendra Wibowo.

Bisnis.com, MATARAM - Pemulihan ekonomi Bali dinilai paling lambat dibandingkan daerah lain setelah terjadinya pandemi covid-19 sejak 2020 lalu.

Direktur Riset Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Berly Martawardaya, menjelaskan lembatnya pemulihan ekonomi atau recovery Bali disebabkan karena ketergantungan Bali pada sektor pariwisata, dan tidak melakukan diversifikasi ekonomi sejak dulu.

"Bali membutuhkan diversifikasi ekonomi agar tidak tergantung pada satu sektor, saat ini Bali paling lama recovery dibanding daerah lain," jelas Berly melalui zoom, Rabu (20/4/2022).

Pemulihan ekonomi paling cepat terjadi di wilayah Papua dan Maluku, yang pertumbuhan ekonominya mencapai 10,09 persen, kemudian Sulawesi 5,67 persen, Jawa 3,66 persen, Sumatra dan Kalimantan tumbuh masing-masing 3,18 persen. "Sedangkan Bali dan Nusa Tenggara ini baru tumbuh 0,07 persen," ungkap Berly.

Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal IV/2021 sejumlah 0,51 persen atau masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sepanjang 2021 hanya kuartal II/2021 ekonomi Bali tumbuh positif 2,8 persen.

Deputi Kepala Perwakilan BI Bali, Rizki Ernadi Wimanda, menjelaskan sejak pandemi, ekonomi Bali selalu menempati ranking terakhir, bahkan di wilayah Nusa Tenggara, pemulihannya paling lambat dibandingkan NTB dan NTT.

"Diversifikasi ekonomi sangat diperlukan, dan kami dari BI mendukung langkah Gubernur Bali untuk merealisasikannya. Bali harus menguatkan sektor pertanian, masih ada enam kabupaten di Bali yang menjadikan pertanian sebagai sektor andalan. Hanya Denpasar, Badung, dan Gianyar yang tidak menjadikan pertanian sebagai sektor andalan, karena selama ini menjadikan pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi," ungkap Rizki.

Selain sektor pertanian, BI menilai Bali harus mulai memperkuat sektor pengolahan dan ekonomi kreatif. Penguatan sektor pengolahan agar produk pertanian maupun hasil hutan di Bali tidak dieskpor atau dikirim dalam bentuk barang mentah.

"Sektor pengolahan efektif meningkatkan nilai tambah dan berdampak terhadap ekonomi daerah. Sedangkan ekonomi kreatif mendorong tumbuhnya ekosistem digital, seperti animasi, film, jual beli online," kata Rizki. (K48)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper