Bisnis.com, MATARAM - Mandalika sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Nusa Tenggara Barat butuh event berkelanjutan pasca MotoGP agar ekonomi NTB tetap tumbuh positif.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Heru Saptaji menjelaskan setelah sukses menggelar event MotoGP, perlu event berkelanjutan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2022.
"Pasca MotoGP NTB perlu mempersiapkan event lanjutan, karena prospek perekonomian Mandalika sangat menggeliat dengan MotoGP kemarin," jelas Heru pada dikutip, Minggu (3/4/2022).
Suksesnya event Mandalika, terlepas dari kekurangan yang terjadi menjadi gambaran bahwa NTB siap dengan berbagai event internasional khususnya sport tourism. "Sinergi antar lembaga atau institusi, dengan Pemda sudah berjalan dengan baik pada MotoGP lalu, dan itu menjadi bekal utama untuk peningkatan kapasitas NTB sebagai tuan rumah event internasional," ujar Heru.
Pemerintah Daerah juga perlu meningkatkan sinergi antara hotel dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar produk UMKM bisa terserap optimal di tengah tingginya okupansi hotel saat event. "Yang perlu ditingkatkan sinergi antara hotel dan UMKM, masih terjadi saat okupansi hotel tinggi tapi UMKM malah sepi, nah ini perlu sinergi lebih baik lagi," kata Heru.
Pelaku usaha kuliner khas di NTB seperti nasi puyung, sate rembiga dan ayam taliwang juga perlu meningkatkan kapasitas produksi agar penonton tidak kehabisan saat membutuhkan makanan tersebut.
Baca Juga
"Kalau saat event besar seperti MotoGP lalu mencari nasi balap puyung itu susah sekali. Nah ini kemampuan produksi harus ditingkatkan, agar wisatawan bisa menikmati kuliner khas tersebut di tempat maupun bisa dibawa pulang, karena tidak mungkin wisatawan pulang tanpa oleh-oleh," ungkapnya.
Dari catatan Bank Indonesia, peningkatan ekonomi juga terlihat dari tingginya transaksi non tunai saat event MotoGP. Transaksi QRIS pada periode MotoGP meningkat menjadi 36.611 kali dari yang biasanya hanya mencapai 12.000 kali transaksi. Nilai transaksi QRIS pada periode MotoGP mencapai Rp1,7 miliar dari 1.222 merchant yang tersedia.
Ketua Asosiasi Hotel Senggigi Ketut Murtajaya menjelaskan pasca MotoGP okupansi hotel turun hingga 35 persen dari okupansi mencapai 100 persen saat MotoGP. "Pasca MotoGP okupansi memang turun, pada akhir Maret 2022 setelah MotoGP okupansi di angka 35 persen, kemudian masuk bulan puasa pada April ini okupansi hanya 25 persen," jelas Murtajaya.
Murtajaya menjelaskan perlu event yang lebih banyak setelah MotoGP untuk tetap menjaga okupansi hotel tetap tinggi di NTB. "NTB memang butuh event lebih banyak, selain untuk menjaga okupansi hotel yang ideal di angka 60 persen, dengan banyaknya event besar akan menjadi daya tarik bagi investor perhotelan untuk membangun hotel, karena pada dasarnya saat event MotoGP ini NTB masih kekurangan kamar, tetapi investor tentu tidak mau membangun jika nanti keterisian kamarnya hanya untuk satu event dan setelah itu okupansi rendah," kata dia.
Selain itu, evaluasi dari penyelenggraan event MotoGP, perlu pembenahan di destinasi wisata tempat banyak penonton menginap seperti Senggigi. Penonton umumnya mengeluhkan akses transportasi yang masih kurang dan terlambat sehingga membuat penonton harus menunggu lama, terutama saat event berlangsung.
"Memang pembenahan destinasi perlu terus dilakukan seperti di Senggigi masalah penerangan jalan harus dioptimalkan, masalah sampah, kerapian trotoar jalan dan ini membutuhkan sinergi yang berkelanjutan," kata Murtajaya.
Okupansi hotel saat MotoGP khususnya hotel bintang di kawasan Mandalika, Mataram dan Senggigi mencapai 100 persen, meningkat drastis dibandingkan periode sebelumnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTB yang terbaru mencatat pada Januari 2022 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di NTB hanya 31,35 persen dan pada Februari 2022 hanya 29,31 persen.
Sedangkan TPK hotel non bintang pada Februari 2022 sejumlah 17,41 persen atau naik 3,2 persen dibandingkan Januari 2022 dengan TPK 14,21 persen. (K48)