Bisnis.com, DENPASAR - Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Bali tetap terjaga.
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali di bulan Oktober 2024 yang tercatat sebesar 142,8, walaupun sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 145,7 namun Keyakinan Konsumen tetap terjaga pada area optimis (indeks > 100).
Optimisme konsumen yang tetap terjaga tersebut sejalan dengan tingkat inflasi yang terkendali serta didorong oleh perayaan Hari Raya Keagamaan Kuningan. Sementara itu, sejalan dengan IKK Bali, IKK nasional tercatat sebesar 121,1, tetap terjaga dari bulan sebelumnya sebesar 123,5.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan bahwa tetap terjaganya Keyakinan Konsumen di Bali pada Oktober 2024 ditopang oleh capaian Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
"Tetap terjaganya IKE dipengaruhi oleh seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu tumbuh 2,9% (mtm) dari 137,0 menjadi sebesar 141,0. Selain itu, keyakinan konsumen ditopang oleh IEK terutama pada Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan mendatang yang tumbuh 2,8% (mtm) menjadi sebesar 149,0," jelas Erwin dari keterangan resminya, Selasa (19/11/2024).
Erwin menjelaskan ekspektasi konsumen yang tetap terjaga di masa mendatang berpotensi mempengaruhi perkembangan konsumsi rumah tangga ke depan, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang tetap kuat.
Baca Juga
Hal ini tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat. Untuk itu, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bali senantiasa berkoordinasi erat guna mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali tetap pada rentang kisaran target 2,5%±1%.
"Selain itu, perlu upaya menjaga daya beli petani dengan mendorong terciptanya ekosistem pangan terintegrasi yang melibatkan Perumda sebagai offtaker untuk menjaga stabilitas harga, dengan margin harga di tingkat petani dan konsumen yang lebih berimbang," ujar Erwin.