Bisnis.com, DENPASAR - Proses pengurusan izin online melalui aplikasi One Single Submission (OSS) dinilai menjadi faktor penyebab sulitnya pengendalian pembangunan akomodasi di Bali.
Banyak akomodasi seperti vila, resort, yang tiba-tiba sudah dibangun tanpa sepengetahuan pemerintah daerah, karena izinnya sudah keluar dari OSS. Hal ini memberi membuat pembangunan akomodasi masif tetapi kurang memperhatikan kapasitas lahan di Bali yang semakin sempit.
PJ Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menjelaskan proses perizinan langsung melalui OSS perlu dievaluasi demi menjaga kualitas pariwisata Bali. Menurutnya selama ini Tim Pembinaan dan Pengawasan Pembangunan yang dibentuk Pemprov Bali mengalami kesulitan melakukan pengendalian pembangunan properti karena izin tidak di Pemprov Bali.
"Ada beberapa kategori izin yang kewenangannya bukan di Pemprov. Jadi di lapangan, bangunannya tiba-tiba ada," jelas Mahendra dalam siaran pers, Jumat (16/8/2024).
Mahendra juga menjelaskan Pemprov Bali saat ini sedang membentuk tim task force yang melibatkan lintas kementerian sebagai upaya membangun pariwisata berkualitas, termasuk pengendalian pembangunan akomodasi dan penertiban wisman yang melanggar dan berulah di Bali. Rencananya tim ini juga akan melibatkan Polri.
Menurut Data Pemprov Bali, pada 2020 saja jumlah akomodasi mulai dari pondok wisata sebanyak 3.247 unit, hotel melati 2.097 unit dan hotel bintang 266 unit. Mayoritas tersebar di Bali Selatan seperti Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar.
Baca Juga
Jika melihat lebih dalam dari data Badan Pusat Statistik (BPS), memang terjadi lonjakan hotel berbintang, pada 2014 jumlah hotel berbintang hanya 294 unit, sedangkan pada 2023 jumlah hotel bintang sudah mencapai 541 unit. Artinya dalam 9 tahun hotel berbintang bertambah 294 unit atau lebih dari 100%.
Hotel bintang yang paling banyak dibangun yakni hotel bintang empat, tiga dan lima. Kabupaten Badung menjadi pusat pembangunan hotel berbintang, terutama di Badung Selatan seperti Nusa Dua, Kuta, Seminyak hingga Canggu.
Pembangunan akomodasi yang masif tidak diikuti oleh pembangunan jalan raya dan transportasi umum yang memadai, sehingga terjadi kemacetan yang luar biasa ketika masa high season wisatawan.
Jumlah akomodasi di atas belum termasuk vila, resort yang semakin bertambah, akan tetapi tidak ada data yang pasti soal jumlah vila di Bali.