Bisnis.com, DENPASAR — Pameran pariwisata tahunan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2024 yang diselenggarakan pada 12-14 Juni 2024 menargetkan transaksi bisnis senilai Rp8,1 triliun.
Ketua Asita Bali, I Putu Winastra yang juga menjadi ketua Komite BBTF 2024 menjelaskan ajang BBTF yang sudah diselenggarakan sebanyak 9 kali selalu membukukan transaksi bisnis yang berdampak positif terhadap pertumbuhan pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Pada 2023 saja kontrak bisnis yang dihasilkan dalam satu tahun selama acara Busines to Busines (BtoB) mencapai Rp 6,7 triliun. Meningkat sebesar 29,7% dibandingkan saat pameran BBTF 2022 yang nilai kontrak bisnisnya Rp 5,2 triliun.
“Sebuah kemajuan yang sangat menjanjikan yang diharapkan akan terus meningkat di bulan-bulan mendatang. Sehingga pada tahun ini kami menargetkan Rp8,1 triliun kontrak bisnis dihasilkan dari event ini,” jelas Winastra kepada media dikutip Jumat (22/3/2024).
Winastra menargetkan bisa menghadirkan 400 buyers dari 51 negara untuk bertemu dengan 250 sellers dari seluruh Indonesia dan mengambil kesempatan untuk temu bisnis dalam ajang trade fair. Penyelenggara membuka pendaftaran secara online dan hingga hari ini kami telah menerima 125 sellers dari 7 provinsi yakni dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Bali.
Kemudian 190 buyers dari dalam dan luar negeri yang telah mendaftar yakni 39 Negara diantara yaitu dari Indonesia, India, Spain, Belgium, Turkey, UAE, South Africa, Nigeria, Germany, Italy, UK, France, Australia, China, Japan, Netherlands, Canada, USA, Singapore, South Korea, dan lain-lain.
Menanggapi tren pasar, BBTF akan menampilkan dan mempromosikan produk pariwisata berkelanjutan untuk masa depan yang bertanggung jawab, wisata alam, wisata pedesaan dan wisata gastronomi. Selain itu, fokus utama juga diberikan pada kesehatan, dengan menekankan pada pertumbuhan industri pariwisata kesehatan dan medis saat ini serta pariwisata berbasis komunitas.
Baca Juga
Winastra menjelaskan bahwa BBTF 2024 menjadi marketplace yang menjanjikan untuk ajang promosi produk-produk wisata Indonesia dimana Bali ditempatkan sebagai jendela pariwisata Indonesia.
“Kami juga akan mengundang beberapa Kementerian untuk berbicara persoalan pariwisata, sebagai upaya merespon arahan pemerintah untuk fokus tidak lagi hanya pada pencapaian jumlah turis, namun ‘quality of spending' wisatawan, sustainable environment, serta wellness and gastronomy,” ujar Winastra.