Bisnis.com, DENPASAR – Denyut kehidupan di Dusun Kedondong, Desa Pringgasela Selatan, Kabupaten Lombok Timur kini lebih hidup. Masyarakat mulai banyak yang beraktivitas di rumah mereka pada pagi hingga sore hari untuk membuat batik hingga mengutak-atik ponsel mereka. Salah satunya adalah Asmi Roji, yang kini hilir mudik mendatangi rumah-rumah untuk menawarkan layanan sewa wifi.
Layanan untuk internet nirkabel tersebut ditawarkan bagi mereka yang ingin menikmati internet dengan kecepatan lebih cepat. Bisnis ini diterima oleh masyarakat setempat. Asmi Roji kini kebanjiran permintaan rental wifi. Dengan adanya layanan ini, Asmi Roji kini menghidupkan denyut nadi perekonomian desanya. Dia juga menjadi salah satu entrepreneur desa yang fokus dengan masa depannya tanpa harus bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja migran atau TKI.
Dulunya, Desa Kedondong cukup sepi. Ini terjadi karena dari sekitar 500 unit rumah yang ada di desa, hanya 10 unit rumah saja pemiliknya ada di dan tinggal menetap. Sisanya ditinggal oleh pemilik rumah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara seperti Malaysia. Jumlah tersebut berkurang, karena masyarakat berpikir ulang. Salah satunya adalah Asmi Roji yang memilih berusaha di dusun tempat tinggalnya. Sebelumnya, Asmi sudah dua kali bolak-balik ke Malaysia menjadi TKI.
Perubahan itu terjadi karena peran dari Kusman Jayadi, salah satu penggerak perekonomian Dusun Kedondong. Pria yang bekerja sebagai ASN di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Lombok Timur ini merupakan pendiri kelompok pengembangan ekonomi masyarakat atau disingkat Kepengmas. Lembaga ini bergerak dalam memberikan perubahan cara pikir masyarakat desa Kedondong. Tujuannya, mendorong masyarakat di desa untuk lebih memilih berusaha menjadi pengusaha dibandingkan harus keluar negeri menjadi tenaga migran.
Dengan semakin banyak masyarakat menjadi pengusaha, aktivitas dan perputaran ekonomi di desa menjadi lebih bergerak. Warga juga tidak perlu meninggalkan asset dan keluarga ke negeri lain sehingga dapat memaksimal potensi desa. Kusman mengungkapkan, lembaga ini berupaya melatih cara pikir warga menjadi lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan.
“Sekarang ada warga yang mau mulai fokus berubah, tidak lagi bertanya harus buat apa tapi mereka mau memulai mengembangkan bisnis. Seperti Asmi Roji itu salah satunya,” tuturnya kepada Bisnis.
Baca Juga
Diakuinya, untuk dapat menghasilkan seorang pengusaha seperti Asmi Roji tidak mudah. Kusman mengungkapkan, dia berani mengubah cara berpikir tetangga-tetangganya karena sudah pernah mengalami jatuh bangun dari berbisnis. Kusman merupakan pendiri usaha Batik Seagana Sasambo. Saat ini, Batik Seagana Sasambo tidak hanya dikenal sebagai produsen batik khas NTB tetapi juga pengusaha yang mampu memberdayakan warga disabilitas.
Usaha ini didirikan pada 2007, tetapi sempat vakum karena pada awalnya belum mendapatkan sambutan positif. Baru kemudian pada 2010, usaha ini berkembang paska adanya keputusan dari gubernur yang menetapkan bahwa Batik Sasambo merupakan batik khas dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat itu, Kusman menjadi salah satu pelaku UMKM yang mendapatkan pelatihan hingga studi banding dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian NTB. Dari sinilah ide-ide dan wawasan baru bermunculan dan produknya mendapatkan sambutan positif. Tidak ingin hanya sukses berbisnis, Kusman juga mengajak disabilitas untuk ikut berkarya. Saat ini ada 3 orang warga disabilitas yang bekerja di tempatnya.
Berdayakan Disabilitas
Awal pelibatan disabilitas itu berangkat dari kerja sama dengan SMKN di sekitar untuk membuka jurusan pembatikan. Dalam kerja sama tersebut siswa-siswi jurusan batik dan tata busana akan magang di Seagana Batik. Mereka mendapatkan pelatihan dari mulai proses hingga produksi. Kusman mengungkapkan keputusan menggandeng SMKN karena ingin agar tamatan sekolahnya tidak menjadi pekerja migran.
“Niat saya saat itu murni untuk membuka lapangan pekerjaan dan sasaran pertama saya adalah ibu-ibu karena di kampung saya itu kalau sudah remaja, 90 persen pikirannya pasti ingin merantau. Saya sebenarnya termasuk remaja itu, hampir berangkat ke Malaysia tetapi akhirnya saya urungkan,” jelasnya.
Dalam perjalannya, ternyata ada beberapa mahasiswi SMKN tersebut merupakan disabilitas. Kusman menceritakan saat itu orang tua dari siswi disabilitas meminta agar anaknya dibantu dapat magang di Seagana Batik. Karena tidak ingin menolak, dia pun mengiyakan dan bertekad memberi kesempatan yang sama. Ternyata, diakuinya dari proses membatik tersebut, siswa disabilitas tersebut mendapatkan peningkatan rasa kepercayaan diri.
Menurutnya, siswi disabilitas mengaku mendapatkan pengakuan dengan bekerja di tempatnya. Mereka juga merasa lebih dihargai karena bisa berusaha serta mendapatkan uang dari hasil karya mereka. Bahkan, siswi disabilitas itu akhirnya merekomendasikan pekerjaan ini kepada teman-temannya sesame disabilitas, dan bekerja hingga sekarang. Saat ini total warga disabiltias yang ikut berkontribusi di tempatnya sebanyak 3 orang serta 7 orang warga setempat.
Kusman tidak hanya melibatkan disabilitas, tetapi juga ibu-ibu dari warga sekitar dalam proses produksi. Total ada 13 orang ibu-ibu dilibatkan memproduksi. Dalam mempekerjakan ibu-ibu dan warga disabilitas tersebut, Kusman mengadopsi sistem keadilan. Jadi, honor bagi mereka diberikan sesuai dengan nilai pekerjaanya. Contohnya untuk pekerjaan memotong kain dihargai Rp500 rupiah per potong, melihat kain Rp500 ribu kemudian pencelupan per warna jgua dihargai beda serta untuk pengecapannya dihargai sekitar Rp7.000 per lembar. Honor termahal untuk nyanting karena tingkat kerumitan. Mekanisme ini menurutnya agar pekerjanya mendapatkan hak secara berkeadilan.
Kusman menuturkan proses yang dijalaninya sejak 2007 itulah yang kemudian mendorongnya ingin mengubah pola pikir masyarakat desa. Menghadapi disabilitas dan ibu-ibu yang ditinggalkan oleh suaminya menjadi pekerja migran merupakan tantangan terberat yang pernah dihadapinya. NTB sendiri merupakan peringkat keempat provinsi di Indonesia yang warganya menjadi pekerja migran.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2022, angkatan kerja di Provinsi NTB sebanyak 2,87 juta orang. Sementara jumlah tenaga migran di dari NTB sejak 2017 sampai 2022 mencapai 537.497 orang. Artinya sekitar 18 persen pekerja di provinsi ini adalah tenaga migran. Mereka saat ini yang bekerja di 108 negara penempatan dengan berbagai sektor pekerjaan. Sebanyak 80% dari jumlah tersebut bekerja di sektor ladang di Malaysia.
Menurut Kusman, tidak salah menjadi pekerja migran karena penghasilan yang diterima cukup besar untuk ukuran warga setempat. Namun, fakta yang ditemuinya mengungkapkan bahwa ketika pekerja migran tersebut tiba di kampung halamannya, mereka menghadapi situasi lingkungan yang sangat berbeda ketika mereka berangkat. Ini menyebabkan mereka harus memulai lagi untuk berusaha di daerah dari nol.
“Ada modal waktu pulang ke sini, tapi karena situasi berbeda mereka harus baca lagi. Akhirnya sampai tiga bulan di rumah ya balik lagi karena tidak bisa menghadapi situasi yang berubah dengan cepat,” jelasnya.
Semangat ini menurutnya semakin tinggi karena mendapatkan suntikan dari Pertamina Jatim Balinus. Batik Seagana Sasambo kini merupakan salah satu UMKM Binaan Pertamina MOR 5 Jatim Balinus. Batik Seagana juga dijadikan sebagai salah satu merchandise serta ruang untuk berkontribusi di stand UMKM di ajang MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika Internasional.
Selain itu, Seagana menjadi salah satu peserta Pertamina Small Medium Enterprise atau Pertamina SMEXPO 2023. Sobat Istimewa adalah program pembinaan inklusi UMKM untuk komunitas difabel dan berkebutuhan khusus. Pameran yang digelar Main Atrium Gandaria City Mall pada 31 Oktober - 5 November 2023 ini menampilkan hasil karya produk kreatif dari disabilitas. Ruang ini menyalakan semangatnya karena dulunya dia merupakan salah satu UMKM binaan di Rumah BUMN yang dikelola Pertamina di Lombok Timur.
“Inilah yang saya inginkan sejak awal, Batik Sasambo Seagana punya ruang lebih besar untuk dikenal masyarakat,” jelasnya.
VP CSR & SMEPP Pertamina Fajriyah Usman menuturkan keterbatasan fisik tak serta merta membatasi gerak kreativitas kelompok disabilitas untuk berkarya dan memupuk kemandirian usaha. Sejalan dengan itu, Pertamina tahun ini memiliki program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Sobat Istimewa. Program untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bagi disabilitas. Pertamina SMEXPO 2023 saat ini tengah digelar di empat kota besar di Indonesia. Salah satunya di Jakarta, diikuti oleh 41 UMKM yang menjajakan beragam produk mulai dari makanan dan minuman, fesyen, perhiasan dan aksesoris, hingga kerajinan khas Indonesia.
Fokus Pertamina dalam pemberdayaan disabilitas adalah pengembangan dalam aspek entrepreneurship, supaya Sobat Istimewa dapat mengembangkan diri dengan bakat dan jenis usaha yang sesuai. Program ini menjadi langkah Pertamina mendorong disabilitas untuk makin percaya diri, berdaya guna, dan mandiri.
Ditegaskan olehnya ajang ini bukan sekedar pameran barang UMKM tetapi bagian dari dukungan untuk memberikan ruang bagi pemasaran produk hingga dunia internasional. Karena Pertamian juga menyediakan aplikasi digital Smexpo.pertamina.com untuk memasarkan produk UMKM binaan. Di event inipun pelaku UMKM memungkinkan bertemu dengan asosiasi dan lembaga yang dapat membantu memperluas jangkauan perdagangan.
Tema Pertamina SMEXPO tahun ini adalah “Melangkah dari Lokal ke Global”, merefleksikan upaya Pertamina untuk mempromosikan pemberdayaan UMKM yang inklusif, memberikan tempat dan kesempatan yang sama kepada seluruh kelompok masyarakat, baik perempuan dan juga sahabat disabilitas. Refleksi itu terwujud dengan dukungan bagi pembinaan UMKM inklusi kepada 500 Sobat Istimewa yang telah menerima pendidikan atau pelatihan keterampilan dalam industri fashion, makanan dan kerajinan.
Bahkan, hampir 100 Sobat Istimewa telah memiliki pekerjaan baik berupa usaha mandiri maupun diserap industri terkait. Di sisi lain, Program ini pun telah meningkatkan pendapatan anggota Sobat Istimewa sebesar Rp300 juta per tahun.
“Mereka sebagian besar sudah berhasil mandiri dan berdikari serta berhasil menjalankan usahanya,” jelasnya.
Pertamina Small Medium Enterprise Expo atau Pertamina SMEXPO merupakan program rutin tahunan. Ajang ini adalah upaya strategis Pertamina yang dipersembahkan sebagai wujud kontribusi konsisten Pertamina terhadap pembinaan dan pengembangan UMKM Indonesia yang berperan sebagai penggerak ekonomi Nasional. Sejalan dengan nilai inklusivitas yang saat ini dijunjung oleh Pertamina, fokus tahun lalu pada UMKM pemberdayaan perempuan mampu merangkul 14.000 UMKM perempuan untuk pengembangan kemandirian ekonomi.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, berawal dari inovasi di masa pandemi, pagelaran yang memasuki tahun keempat ini bertujuan memajukan UMKM Indonesia agar bisa bersaing dan berkembang dalam pasar domestik maupun internasional.
"Pengembangan UMKM menjadi salah satu prioritas Pertamina, karena UMKM adalah faktor yang membedakan Pertamina dengan perusahaan dan negara lain. UMKM ini yang harus kita support bersama, terlebih berdasarkan data nasional sebanyak 97% penyerapan tenaga kerja berasal dari UMKM," jelas Nicke.