Bisnis.com, DENPASAR — Badung menjadi kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Bali sepanjang 2020 dengan terkontraksi hingga 16,52 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Badung pada 2020 menjadi yang terendah selama tujuh tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Badung tertinggi terjadi pada 2014 dengan berada pada level 6,98 persen (yoy). Badung tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif dengan besaran 6,73 persen (yoy) pada 2018 menjadi 5,81 persen (yoy) pada 2019.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Badung pada 2020 lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Bali secara kumulatif. Sekadar catatan, secara kumulatif, pada 2020, perekonomian Bali minus 9,31 persen.
Pertumbuhan ekonomi terendah kedua di Bali dialami Denpasar dengan terkontraksi 9,42 persen (yoy). Posisi ketiga ditempati Gianyar dengan pertumbuhan ekonomi terkontraksi 8,38 persen (yoy) selama 2020.
Secara berturut-turut pertumbuhan ekonomi terendah keempat hingga delapan terjadi di Klungkung dengan terkontraksi minus 6,35 persen (yoy), Tabanan minus 6,14 persen (yoy), Buleleng minus 5,76 persen (yoy), Jembrana minus 4,96 persen (yoy), dan Karangasem minus 4,45 persen (yoy).
Kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Bali adalah Bangli dengan besaran minus 4,1 persen (yoy).
Baca Juga
Adapun perolehan realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan proyeksi awal. Terkait pertumbuhan ekonomi 2020 diproyeksi, hanya Kabupaten di Bali yang memiliki sektor unggulan selain pariwisata akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tiap kabupaten di Bali memiliki sektor unggulan yang berbeda. Lapangan usaha utama di Denpasar adalah akomodasi makan minum (akmamin) atau sektor berkaitan dengan pariwisata dengan porsi 28 persen. Sisanya, adalah jasa pendidikan 11 persen dan konstruksi 10 persen.
Badung juga memiliki lapangan usaha utama yang sama yakni akmamin dengan porsi 19 persen, sisanya transportasi 26 persen, dan konstruksi 9 persen. Lapangan usaha utama di Gianyar yakni akmamin 26 persen, pertanian 12 persen, dan industri pengolahan 12 persen.
Begitu juga dengan Tabanan yang memiliki lapangan usaha utama yakni akmamin 22 persen, pertanian 22 persen, dan konstruksi 10 persen.
Sementara itu, kabupaten lainnya di Bali mengandalkan sektor pertanian sebagai lapangan usaha utama yakni Jembrana dengan porsi 21 persen, Buleleng 21 persen, Bangli 27 persen, Karangasem 25 persen, dan Klungkung 21 persen.
Praktisi Bisnis Keuangan Dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Gede Sri Darma mengatakan hanya daerah yang menyesuaikan sektor bisnis pasti akan tumbuh ekonominya. Di tengah pandemi, hanya kabupaten yang bertumpu pada sektor pertanian akan mampu mempertahankan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
Adapun saat ini, struktur ekonomi Bali terdiri dari pariwisata, pertanian beserta turunannya, olahan hasil pertanian beserta turunannya, dan Industri kreatif. "Re-strukturisasi perekonomian Bali sudah menjadi keniscayaan akibat pandemi berkepanjangan," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, meskipun pariwisata menjadi sektor usaha unggulan, pertanian tetap menjadi salah satu lapangan usaha utama. Seperti Gianyar, tetap menempatan pertanian sebagai lapangan usaha utama setelah pariwisata. Begitu juga dengan tabanan yang menjadikan pertanian lapangan usaha utama kedua setelah pariwista.
"Ini pesan yang ingin kami sampaikan, Bali memang struktur ekonomi normor satu adlah pariwisata, tetapi jangan dilupakan pertanian itu juga perlu," sebutnya.