Bisnis.com, DENPASAR—Pasar ekspor komoditas dari Bali yang menunjukkan peningkatan 23,54% sepanjang 2018 perlu diperluas lagi terutama untuk distribusi lima komoditas utama.
Ketua Umum Kadin Bali Anak Agung Ngurah Alit Wiraputra mengatakan lima komoditas utama yang dimaksud adalah tekstil dan produk tekstil, ikan dan udang, furniture, kerajinan kayu dan perhiasan.
“Pasar komoditas potensial tersebut perlu diperluas, sementara itu produksi bisa digenjot lagi dengan meningkatkan kapasitas dan kualitasnya,” katanya, Selasa (12/3/2019).
Menurut Alit ada sejumlah pameran, pertemuan bisnis, festival, dan berbagai aktivitas perdagangan di dalam maupun luar negeri yang bisa diikuti secara mandiri maupun fasilitas dari pemerintah untuk promosi.
Jika ingin lebih efisien, promosi digital secara daring bisa ditempuh untuk menembus pasar di seluruh dunia.
Alit menyebut Bali tidak memiliki sumber daya mineral sehingga praktis hanya bisa melakukan ekspor komoditas nonmigas.
Baca Juga
Alit menjelaskan dengan adanya sejumlah perjanjian dan kesepakatan internasional memberikan peluang dan kemudahan untuk memasarkan komoditas ke mancanegara.
Dengan demikian, lanjutnya, jangkauan pasar akan lebih luas dan eksportir diuntungkan dengan fasilitas yang diberikan negara-negara yang memiliki perjanjian seperti MEA, di antaranya keringanan nontarif dan bea masuk rendah yang membuat kelancaran arus barang.
Alit mengatakan masih terdapat tantangan misalnya kesamaan produk yang menuntut produsen perlu meningkatkan inovasi dan kreativitas .
Selain itu ada hambatan intern yakni tentang kelengkapan legalitas usaha (SIUP,NPWP dll.), kurag memahami regulasi ekspor dan kepabeanan, menerima pesanan melebihi kapasitas, serta kurang melek teknologi informasi.
Kata dia masih ditambah adanya hambatan eksternal seperti pungutan tak resmi yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat pada Januari-Desember 2018 realisasi ekspor mencapai US$839,55 juta atau meningkat 23,54% dari periode sama tahun sebelumnya US$679,59 juta.
Lima negara tujuan utama pengiriman barang pada 2018 adalah Amerika Serikat, Australia, Jepang, China, dan Prancis.