Bisnis.com, JAKARTA - Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) ke-16 akan diselenggarakan pada 23–27 Oktober mendatang dengan tema filosofi Hindu yakni Karma.
UWRF pertama kali diselenggarakan pada 2004 dan telah dikenal sebagai salah satu festival sastra terbesar di Asia Tenggara. UWRF bermisi untuk mewujudkan festival sastra berskala internasional yang merayakan ide serta isu-isu global.
Founder & Director UWRF Janet DeNeefe mengatakan karma sering diartikan sebagai hukum sebab akibat.
Bagi orang Hindu Bali, Karma Phala adalah konsep spiritual yang menyatakan bahwa setiap tindakan akan memicu konsekuensi yang setara dalam kekuatan dan bentuk yang serupa.
“Karma Phala nak cicih begitulah orang Hindu Bali menggambarkannya. Cicih berarti pasti, tidak terhindarkan, dan cepat,” katanya, Selasa (5/2/2019).
Dia menjelaskan tidak hanya penulis, seniman, pegiat, sutradara, cendekiawan dari seluruh dunia juga akan berkumpul di Ubud untuk berbagi cerita dan gagasan.
Baca Juga
Festival yang akan dilangsungkan selama lima hari berturut-turut ini akan mengupas dampak dari tindakan pribadi dan kolektif manusia pada lingkungan sosial.
“Pengunjung Festival dapat belajar untuk benar-benar memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan bagaimana mereka dapat memberikan tanggapan dari tindakan orang lain dengan sebaik-baiknya,” katanya.
UWRF juga meluncurkan karya seni untuk tahun ke-16, yang telah diciptakan oleh seniman visual komunitas Samuel Indratma, salah satu pendiri dari seni publik kolektif Yogyakarta yang ternama, Apotik Komik.
Samuel Indratma mengatakan karya tersebut tidak hanya menerjemahkan semangat UWRF, tetapi juga makna karma.
“Apakah manusia mengubah wajah mereka? Apakah manusia mengubah bentuk mereka? Inilah mengapa saya memilih simbol topeng. Saya membayangkan karma sebagai siklus manusia yang terus berputar, kemudian kembali lagi,” katanya.