Bisnis.com, DENPASAR — Krisis air di Tiga Gili masih terus berlanjut tanpa kepastian kapan pemerintah bisa menyelesaikan persoalan yang mengancam industri pariwisata tersebut.
Seperti di Gili Meno, kelangkaan air bersih membuat manajemen hotel harus mencari siasat agar tetap bisa menerima tamu. Salah satu cara yang dilakukan yakni dengan membeli air galon dari Lombok Utara.
Salah satu pegawai hotel di Gili Meno, menjelaskan setiap hari hotelnya menghabiskan 100 air galon, yang dibeli seharga Rp13.000 per galon, artinya setiap hari hotel menghabiskan Rp1,3 juta untuk membeli air.
"Setiap hari bisa beli hingga 100 galon air isi ulang, itu termasuk untuk kebutuhan mandi tamu," jelas pegawai tersebut saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/10/2024).
Krisis air di Gili Meno sudah terjadi lebih dari satu bulan sejak kasus PT TCN (swasta) dan PT GNE (BUMD) mencuat dan membuat dua direktur perusahaan tersebut menjadi tersangka karena dinilai menyalahi aturan dalam mengeksploitasi air di pulau-pulau kecil. Sejak itu suplai air ke Tiga Gili terganggu, para asosiasi hotel pun mulai angkat suara minta tanggung jawab pemerintah daerah, khususnya Pemda Lombok Utara yang menikmati Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dari tiga gili.
Sekretaris PHRI Lombok Utara, Vicky Hanoy menjelaskan pemerintah belum ada solusi konkret, rapat-rapat yang dilakukan membahas Gili tidak menghasilkan keputusan konkrit. Menurutnya jika krisis air bersih ini terus berlanjut akan berdampak besar bagi pariwisata NTB, karena Gili merupakan destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara.
Baca Juga
Saat ini hotel bisa mengeluarkan bujet mulai dari Rp15 juta hingga Rp100 juta per bulan untuk membeli air, tergantung dari besar kecilnya hotel. Menurut Vicky biaya tersebut sangat memberatkan bagi pengusaha.
Bahkan Vicky menyebut sejumlah hotel di Gili sudah menyiapkan opsi menutup usaha akomodasinya untuk menghindari kerugian. "Jika semua hotel tutup, sekitar 5.000 orang pekerja akan terdampak yang tersebar di 755 hotel dan restoran," jelas Vicky.
Kunjungan hotel ke Gili Trawangan, Meno, dan Air per hari mencapai 2.500 dimasa normal. Sedangkan saat high season seperti Juli, Agustus bisa lebih dari 3.000 per hari. PHRI mencatat selama masa high season mencapai 90%.
Tingginya kunjungan ke Tiga Gili karena adanya akses langsung dari Bali yang merupakan pintu masuk wisman. Setiap hari ribuan wisman dan wisdom naik fast boat ke Tiga Gili dari Pelabuhan Padang Bai, bisa juga dari Pelabuhan Sanur, Pelabuhan Serangan.
Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang menyarankan pemerintah daerah menyiapkan sarana pengelolaan air bersih dari darat menuju Gili Trawangan, Meno, dan Air (Tramena), Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
"Saran kami, bikin pengelolaan (air bersih) di darat, hasilnya tinggal salurkan ke tiga gili (Tramena). jadi, bangunnya (tempat pengelolaan) jangan di gili, karena itu 'kan pulau kecil, tempat terbatas," kata kata Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi melalui sambungan telepon, Senin.
Imam menyampaikan bahwa BKKPN Kupang lebih mendukung saran itu dari pada harus kembali mengoperasikan PT Tirta Cipta Nirwana (TCN) di Gili Trawangan, mengingat banyak temuan dalam hal pelanggaran operasional dari perusahaan penyulingan air laut menjadi air bersih tersebut.