Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Desa Guwang Merintis Jalan Menuju Desa Mandiri Dengan Kolaborasi

Desa ini dulunya dikenal sebagai penghasil seni ukir dan diperkuat Pasar Seni Guwang
Hidden Canyon Beji Guwang salah satu andalan pendapatan Desa Guwang. bisnis/istimewa
Hidden Canyon Beji Guwang salah satu andalan pendapatan Desa Guwang. bisnis/istimewa

Bisnis.com, DENPASAR—Langkah Desa Guwang di Kabupaten Gianyar menjadi salah satu desa mandiri secara ekonomi di Bali semakin mendekati kenyaataan karena keberhasilan menyeimbangkan antara sektor pariwisata, dan perdagangan sebagai sumber pendapatan.

Ketua Kelompok Hidden Canyon Beji Guwang Kadek Aditnya Surgangga menjelaskan kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan desa saat ini masih dominan. Meski demikian, saat pandemi Covid-19 silam, desa masih bisa bertahan ketika pariwisata sepi karena memiliki sumber pendapatan lain seperti warung desa. Menurutnya, itu bisa terjadi karena pihaknya beradaptasi dengan digitalisasi.

“Kami memadukan antara pendapatan pariwisata dan perdagangan, jadi saling melengkapi. Meskipun ke depannya, kontribusi pariwisata akan dominan karena sudah normal wisatawan datang,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (18/10/2023).

Desa Guwang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Desa ini dulunya dikenal sebagai penghasil seni ukir dan diperkuat Pasar Seni Guwang. Hanya saja, masyarakat lebih awam dengan Desa Sukawati meskipun lokasinya bersebelahan. Dalam perkembangannya, desa ini mampu bertransformasi dengan viralnya objek wisata Hidden Canyon Beji Guwang.

Objek wisata ini berupa struktur tebing mirip dengan Grand Canyon di Amerika Serikat. Ditemukan secara tidak sengaja oleh wisatawan asal Prancis pada 2015. Saat itu, desa terlibat secara professional untuk pengelolaanya. Karena perkembangan digitalisasi, objek ini semakin viral sehingga pada akhir 2017 dikelola oleh unit badan usaha milik desa (bumdes) desa dinas. Meski dikelola desa dinas, pendapatan dari tiket masuk objek ini dibagi dengan desa adat, sehingga baik desa adat dan dinas menikmati bersama.

Sebagai gambaran, di Bali terdapat desa dinas dan desa adat. Terkadang, antara desa dinas dan desa adat memiliki teritori berbeda. Di beberapa daerah, teritori desa adat bisa meliputi beberapa desa dinas. Khusus di Guwang, desa adat dan desa dinas memiliki teritori sama.

Desa adat setempat sudah memiliki pendapatan yang bersumber dari pengelolaan lembaga keuangan desa (LPD) serta dari pengelolaan pasar tradisional dan Pasar Seni Guwang. Sehingga, dari segi keuangan desa adat lebih dulu maju. Kini desa dinas juga mulai berkembang dikarenakan kontribusi Hidden Canyon Beji Guwang dan Hidden Garden Café terus meningkat. Saat ini jumlah pengunjung bisa mencapai 1.300 orang per bulan. Masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi yang mencapai 2.000 orang per bulan.

Selain itu, pendapatan juga bersumber dari pengelolaan warung desa yang memasok kebutuhan barang untuk di warung-warung milik warga. Pendapatan dari warung desa ini menjadi pelengkap bagi bumdes, selain dari objek wisata. Periode Januari-September 2023, pendapatan kotor bumdes sudah mencapai Rp10 miliar. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga akhir tahun.

“Keberadaan Hidden Canyon Beji Guwang ini sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan,” jelasnya.

Aditnya menekankan kunci keberhasilan meningkatkan pendapatan desa berpenduduk sekitar 6.665 jiwa ini tidak terlepas dari dua faktor yakni adaptasi digital dan pengelolaan yang baik. Karena pengelola didominasi anak muda, mereka mengadopsi perkembangan digital. Promosi dilakukan melalui akun sosial seperti Facebook, Instagram, situs hingga menyebarkan informasi kepada komunitas ekspatriat.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kolaborasi dengan sektor swasta. Pihaknya kini telah menjalin kolaborasi dengan PT Telkom Tbk yang menjadikan desa dengan luasan 278,50 Ha ini sebagai desa binaan. Perusahaan BUMN tersebut ikut berkontribusi dalam mendukung Guwang Festival 2022 hingga pembangunan infrastruktur desa. Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut telah menyuntikkan dana untuk pengembangan beberapa fasilitas pendukung kemandirian di desa.

“Tahap pertama kami gunakan untuk pembuatan gazebo gapura di pintu masuk desa, dan dipakai untuk pengembangan air bersih rumah tangga, sejenis PDAM Desa,” jelasnya.

Pendirian layanan air bersih rumah tangga tersebut ditujukan untuk dapat memanfaatkan sumber air di desa, sekaligus mendorong pengembangan unit usaha baru bagi bumdes. Adapun tahap kedua bantuan untuk fokus mengatasi masalah lingkungan berupa pembangunan sumur biopori di 110 kepala keluarga, dan tong sampah platik yang disebar di titik-titik fasilitas umum desa. 

Sumur biopori itu diharapkan dimanfaatkan oleh setiap keluarga sebagai penampungan sampah organik. Harapannya, pemilahan sampah selesai di tingkatan keluarga dengan memilah sampah organik dan non organik. Untuk sampah non organik, desa sudah memiliki program penyerapan sampah plastik. Diakui oleh Aditnya, bantuan tersebut sangat membantu menuju tahapan menuju desa mandiri. Diakuinya, untuk menjadi desa mandiri masih membutuhkan pendapatan lebih besar agar dapat menyokong kebutuhan seluruh masyarakat desa.

“Ke depannya agar pihak Telkom bisa mensupport kegiataan atau pembangunan di desa kami maupun pemberdayaan perlu kami kembangkan untuk meunjang pariwisata. Bumdes fokus ke pariwisata. karena pendapatan terbesar dari pariwisata dan kebetulan identik dengan pariwisata,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper