Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Milenial dan Gen Z di NTB Tidak Minat Berkoperasi

Di usia koperasi yang ke 76 tahun ini, saat ini merupakan masa yang cukup berat bagi gerakan koperasi dalam pengembangan bisnisnya.
Ketua Dewan Koperasi Nasional Wilayah NTB, Bambang Permadi./Ist
Ketua Dewan Koperasi Nasional Wilayah NTB, Bambang Permadi./Ist

Bisnis.com, DENPASAR – Koperasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sulit berkembang dan semakin tertekan dengan banyaknya skema pembiayaan yang berkembang di era digital sehingga koperasi mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

Dewan Koperasi Nasional Wilayah (Dekopinwil) NTB mencatat dari sekitar 4.000 koperasi yang ada di NTB, hanya 40 persen koperasi yang aktif dan dinyatakan sehat. Parameter keaktifannya terlihat dari penyaluran pembiayaan maupun unit usaha yang tetap berjalan. Kemudian rutin melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sedangkan 60 persen sebagian sudah vakum tidak melakukan RAT, usahanya tidak jalan hingga tingginya kredit yang macet.

Ketua Dekopinwil NTB, Bambang Permadi mengatakan jika koperasi semakin tertekan, karena skema pembiayaan semakin beragam, apalagi pemerintah juga menggelontorkan KUR dengan bunga yang lebih rendah dari bunga pinjaman di koperasi yang bisa mencapai 12 persen ke atas per tahun. Dewan koperasi juga merasa kurang dilibatkan dalam pengembangan UMKM di daerah padahal banyak anggota UMKM sebelumnya merupakan anggota koperasi, namun karena ada program KUR banyak UMKM meninggalkan koperasi.

“Di usia koperasi yang ke 76 tahun ini, saat ini merupakan masa yang cukup berat bagi gerakan koperasi dalam pengembangan bisnisnya, pertama karena sistem perekonomian semakin kapitalis sehingga gerakan koperasi semakin dipinggirkan. Gerakan koperasi juga dirugikan oleh oknum yang mengaku koperasi namun mengeruk keuntungan yang berlebihan dari masyarakat,” jelas Bambang di Mataram, Selasa (11/7/2023).

Bambang juga mengakui generasi milenial dan gen Z tidak melirik koperasi sebagai media untuk mengakses pembiayaan, padahal semangat milenial dan gen Z sangat tinggi dalam berwirausaha, mereka lebih memilih langsung mengakses pembiayaan ke perbankan, apalagi saat ini tumbuhnya bank digital. Gen Z yang lahir di awal 2000 an juga sudah tidak mengenal istilah koperasi.

Tidak diliriknya koperasi oleh generasi muda menurut Dekopinwil tidak lepas dari kurang tersosialisasinya koperasi – koperasi yang masih sehat dan berkembang kepada mereka. Padahal di NTB menurut Bambang ada koperasi yang sudah mulai digerakkan oleh anak muda, seperti koperasi nelayan di Bima yang dikembangkan oleh anak muda, kemudian di tingkat nasional ada juga koperasi film yang anggotanya ada anak – anak muda dari NTB. Selain itu koperasi yang masih sehat antara lain koperasi ex-Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Lombok Timur yang memiliki sekitar 5.000 anggota, kemudian koperasi pegawai di sejumlah perusahaan yang memberi  manfaat bagi anggotanya.

Bambang mengakui akan melakukan sejumlah upaya untuk menggaet anak muda agar melirik koperasi, seperti sosialisasi ke perguruan tinggi. “Kami akan mencoba sejumlah upaya agar generasi muda ini mau berkoperasi, termasuk kerjasama dengan perguruan tinggi, di perguruan tinggi itu ada koperasi mahasiswa, namun kurang efektif karena kepengurusannya hanya satu tahun, tidak bisa mengembangkan bisnis, itu yang akan kami coba dorong,” ujar dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper