Bisnis.com, DENPASAR—Pelaku usaha kuliner tradisional belut di Tabanan akhirnya naik kelas paska mendapatkan pendampingan dari BRI Bali.
Kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (Poklahsar) Taman Griya Tabanan saat ini sudah memiliki merek sendiri, setelah bertahun-tahun tidak pernah memiliki jenama. Ketua Poklahsar Taman Griya Ida Bagus Putu Parwata mengatakan sekarang, dirinya tinggal menunggu diorbitkan oleh bank himbara tersebut.
“Maret sudah ikut pameran di Jakarta, diikutkan juga Brilianpreneur 2023 dan akhirnya bisa diberi pendampingan pembuatan kemasan,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (26/6/2023).
Poklahsar Taman Griya merupakan usaha keripik belut yang dirintis oleh Parwata sejak tahun 2002. Kuliner buatan Parwata bisa disebut sebagai salah satu perintis keripik belut di Pulau Dewata. Keripik buatannya ini memiliki citarasa gurih. Keripik belut kreasi Parwata memiliki keistimewaan lain. Satu-satunya produk keripik belut di Indonesia yang telah memiliki sertifikat SNI mengalahkan ribuan usaha sejenis lain di seluruh Indonesia.
Ide membuat keripik belut ini berawal dari pengalaman dirinya pernah kesusahan memenuhi permintaan tamu hotel akan jenis kuliner ini. Berangkat dari problem itu, dia memutuskan membuat sendiri keripik belut. Pemasarannya saat itu lebih banyak dilakukan secara konvensional yakni langsung ke pedagang makanan. Baru pada 2016 silam, kuliner ini mendapatkan tempat di objek wisata di Tanah Lot setelah difasilitasi oleh Perumda Darma Cantika milik Pemkab Tabanan.
Untuk proses pembuatan keripik belut, Parwata belajar secara otodidak. Adapun bahan bakunya membeli dari peternak di sekitar daerahnya dan dari luar daerah. Setiap dua hari sekali dia mendapatkan pasokan sekitar 150 kg dari Situbondo, karena pasokan lokal sedikit dan harganya lebih mahal.
Baca Juga
Pengerjaanya dilakukan oleh warga Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Saat ini ada sekitar 10 orang tetangganya terlibat dalam proses pembuatan keripik belut. Dalam satu hari, Parwata bisa memproduksi hingga 40 kg hingga 80 kg jika sedang ramai. Menurutnya, sebelum dibantu oleh BRI, dirinya memasarkan belut itu menggunakan sistem reseller. Adapun penjualannya ada yang secara grosiran tanpa kemasan.
“Tidak ada pikiran buat kemasan, saya dan istri sudah capek produksi soalnya. Waktu itu kan sudah dibantu reseller juga,” jelasnya.
Selama bertahun-tahun pula keripik belut buatannya banyak dikonsumsi masyarakat di restoran-restoran hingga hotel hingga ke luar kabupaten seperti Bangli dan Kota Denpasar. Namun, karena tidak ada jenama, konsumen tidak ada yang tahu siapa produsennya. Parwata mengakui awalnya tidak berpikir perlunya sebuah jenama. Namun setelah bersinergi dengan BRI, akhirnya dirinya memutuskan untuk membuat merek dan dikemas secara rapi. Poklahsar Taman Griya saat ini juga merupakan salah satu Kluster BRI Tabanan.
“Membantu sekali ini pendampingannya karena dulu kan yang penting laku. Kalau sekarang ada merek ya harus berani pasarkan dengan percaya diri,” jelasnya.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan bahwa sudah menjadi komitmen BRI Group untuk terus mendampingi nasabah, terutama pelaku bisnis dan UMKM untuk menembus pasar internasional. Termasuk pelaku UMKM yang memiliki inovasi di bidang lingkungan. Amam mengutarakan bahwa BRI tidak hanya konsisten mencetak economic value, tetapi juga terus berupaya menciptakan social value yang berdampak bagi masyarakat, tak terkecuali terhadap UMKM yang mengedepankan keberlanjutan lingkungan.
“Sesuai dengan penguatan penerapan prinsip environmental [lingkungan], social [sosial], dan governance [tata kelola yang baik] atau ESG yang menjadi fokus perseroan,” ujarnya.