Bisnis.com, DENPASAR – Okupansi hotel di Nusa Dua sudah mencapai 75 persen walaupun Bali masih belum memasuki masa high season atau puncak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang biasanya terjadi mulai Juni hingga Agustus.
Director of Sales & Marketing Merusaka Nusa Dua Lusy Paulina, menjelaskan peningkatan okupansi sudah dimulai sejak April 2023 karena wisatawan dari Australia dan Eropa sudah mulai masuk Bali. “Banyak tamu Eropa dan Australia karena di Eropa sudah mulai musim dingin atau winter, sehingga sudah banyak yang berwisata ke Bali. Kemudian di Australia juga sudah mulai libur sekolah,” jelas Lusy saat dikonfirmasi Bisnis, Senin (29/5/2023).
Dari catatan Merusaka, saat ini wisman yang paling banyak menginap di Nusa Dua berasal dari Australia, kemudian diikuti oleh Eropa seperti tamu Rusia, Jerman dan beberapa negara lainnya, kemudian tamu domestik. Memasuki Juni nanti okupansi hotel akan naik ke 80 persen, sedangkan saat masa high season di Juli dan Agustus okupansi bisa tembus di angka 85 – 90 persen.
Lusi juga menjelaskan ada perubahan pola market pasca pandemi Covid-19, jika sebelum pandemi tamu yang menginap paling banyak berasal dari wisman China, baru Australia dan Eropa, saat ini wisman China saat ini berada di posisi ketujuh.
Okupansi hotel juga terkerek dengan kegiatan MICE yang mulai ramai di Bali. “Event dari perusahaan, BUMN, dan pemerintah juga membantu okupansi dari tamu domestik, sehingga saat ini tamu domestik berkontribusi 15 persen, di bawah Australia yang berkontribusi 20 persen, kemudian Eropa juga sekitar 15 persen,” ujar Lusy.
Length of stay tamu hotel di Nusa Dua saat ini rata – rata empat hari, length of stay ini terbilang cukup tinggi jika dibandingkan saat pandemi Covid-19. Spending atau belanja tamu di hotel juga menurut Lusi meningkat, rata – rata per hari belanja tamu tembus Rp200 juta.