Bisnis.com, DENPASAR – Remitansi yang mengalir ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri pada 2022 turun drastis jika dibandingkan 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat remitansi yang masuk dari Januari - November 2022 Rp580,83 miliar, turun Rp439,17 miliar jika dibandingkan dengan remitansi yang masuk pada 2021 yang mencapai Rp1,02 triliun. Padahal pada 2021 pandemi secara global masih terjadi.
Remitansi yang masuk pada 2022 paling besar dari PT. Pos Indonesia dengan nilai Rp318,89 miliar, kemudian dari Bank Indonesia Rp261,9 miliar. Jika melihat data BPS, remitansi yang mengalir pada kuartal III dan IV 2022 atau semester II/2022 jauh lebih rendah jika dibandingkan di periode yang sama pada 2021.
Pada kuartal III/2022 remitansi yang masuk Rp90,68 triliun, kemudian kuartal IV/2022 lebih rendah lagi Rp70,7 triliun. Artinya total remitansi yang masuk di semester II/2022 hanya Rp161,3 miliar. Sedangkan pada 2021 di periode yang sama, remitansi yang masuk di atas Rp500 miliar.
Kepala BPS NTB, Wahyudin menjelaskan selama semester II/2022, remitansi yang masuk dari PT Pos turun signifikan. “Penerimaan remitansi dari luar negeri selama semester II/2022 memang trennya turun, dibandingkan dengan semester I/2022 juga lebih rendah, ini yang menyebabkan penerimaan remitansi sepanjang 2022 lebih rendah dari 2021,” jelas Wahyudin melalui live streaming.
Wahyudin juga menjelaskan remitansi yang masuk dari Bank Indonesia pada November 2022 Rp27 miliar. Dari tujuh negara sumber remitansi, penerimaan terbesar berasal dari Saudi Arabia dengan nilai Rp16,2 miliar, kemudian dari Uni Emirat Arab (UEA) Rp4,8 miliar, dan negara lainnya seperti Qatar, Jepang, Malaysia, Hongkong di bawah Rp1 miliar.
Baca Juga
Remitansi yang dikirim dari Bank Indonesia paling besar atau 42,17 persen ke Sumbawa, kemudian 38,86 persen ke Mataram, selanjutnya ke Bima, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Dompu. Sedangkan remitansi dari Pos Indonesia paling banyak ke Lombok Barat, Sumbawa, dan Lombok Tengah.