Bisnis.com, DENPASAR – Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat sepanjang 2022 berkisar di antara 6,5 persen hingga 7,3 persen sepanjang 2022 seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas masyarakat.
Kepala Perwakilan BI NTB, Heru Saptaji, menjelaskan pertumbuhan tinggi ekonomi NTB didorong oleh beberapa faktor seperti stabilitas sistem keuangan NTB yang konsisten tumbuh sepanjang 2022. Penyaluran kredit ke pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh 13,31 persen. LAR perbankan juga mengalami perbaikan menjadi 10,10 persen.
Selain itu, pengguna QRIS juga tercatat meningkat dengan jumlah pengguna atau user QRIS mencapai 181.000 user hingga September 2022. Kemudian jumlah merchant QRIS juga mencapai 183.000 merchant.
“Indikator di atas membuat kami optimistis jika ekonomi NTB bisa tumbuh 6,5 persen hingga 7,3 persen pada 2022. Penyaluran kredit tercatat tumbuh khususnya ke UMKM yang selama ini mampu bertahan di tengah pandemi,” jelas Heru dalam keterangan resminya, Selasa (25/10/2022).
Pertumbuhan ekonomi NTB juga ditopang dengan kinerja ekspor non tambang yang semakin meningkat, Heru mengungkap jika dalam waktu dekat akan melepas ekspor walet, vanili, lobster, hingga kopi ke berbagai negara seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, hingga Turki.
Gubernur NTB, Zulkieflimansyah menjelaskan sepanjang 2022 ekonomi NTB stabil meskipun banyak tantangan. NTB sedang fokus pada industrialisasi di berbagai sektor untuk mendapat nilai tambah. NTB meminimalisir pengiriman bahan mentah ke luar daerah maupun luar negeri agar diolah terlebih dahulu di NTB.
Baca Juga
Industrialisasi yang sedang dikembangkan NTB yakni industrialisasi berbasis UMKM, seperti pengolahan bahan pangan hingga pengembangan industri permesinan di Lombok Barat yang melibatkan sumber daya lokal dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). NTB juga membangun technopark sebagai pusat penelitian dan pengembangan produk industri.
Selain industrialisasi, Pemprov NTB fokus dalam menarik investor domestik dan asing untuk menanamkan modalnya di NTB, seperti investor Swedia yang komitmen mengelola 399 hektare lahan di kawasan wisata Tanjung ringgit dengan membangun eco resort.
“Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB pasca pandemi ini. Meskipun ada ketegangan geopolitik Rusia Ukraina, tapi tidak menyurutkan minat investor ke NTB,” kata Zul.