Bisnis.com, MATARAM - Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Dinar Ashri di Nusa Tenggara Barat menargetkan laba Rp30 miliar pada 2021 atau meningkat Rp2 miliar dari laba 2020 yang berjumlah Rp28 miliar.
BPRS Dinar Ashri optimistis mencapai laba tersebut karena beberapa indikator seperti pembiayaan kredit yang tumbuh pada 2021, meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK), dan NPL yang terkendali di bawah 1 persen.
Direktur Utama BPRS Dinar Ashri Mustaen menjelaskan kredit tumbuh 4,5 persen hingga November 2021 yang ditopang oleh kredit konsumtif. "Kredit tumbuh 4,5 persen, kredit kami mayoritas berasal dari kredit konsumsi dan produktif dengan komposisi 70 persen kredit konsumtif dan 30 persen kredit produktif," jelas Mustaen, Kamis (2/12/2021).
Masih rendahnya kredit sektor produktif disebabkan lapangan usaha yang stagnan di tengah pandemi Covid-19. "Tahun depan kami berencana meningkatkan kredit produktif seperti kredit di sektor galian C, developer properti, perdagangan. Saat ini rendah karena beberapa sektor usaha juga stagnan," ujar Mustaen.
Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh paling tinggi di BPRS Dinar Ashri dengan pertumbuham 35,6 persen menjadi Rp162 miliar hingga November 2021, DPK tersebut jauh lebih tinggi dibanding 2020 dengan jumlah di bawah Rp100 miliar.
"DPK ini memang tumbuh tinggi pada tahun ini, tahun sebelumnya kami tidak pernah lebih dari Rp100 miliar. DPK tinggi karena masyarakat memilih menyimpan uang dari pada investasi, karena sektor usaha masih terdampak pandemi," kata dia.
Baca Juga
Nilai aset BPRS Dinar Ahsri mencapai Rp840 miliar hingga November 2021, dengan nilai aset tersebut menjadikanya BPR dengan nilai aset terbesar di NTB dan ketiga nasional. "Aset kami juga meningkat dari 2020 sejumlah Rp747 miliar, meningkat menjadi Rp840 miliar hingga November ini," ungkapnya. (K48)