Bisnis.com, DENPASAR — Produk tekstil berbahan warna dari alam asal Bali yang mengedepankan konsep berkelanjutan laris manis di pasar luar negeri meskipun terjadi pandemi Covid-19.
Pagi Motley, misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pencelupan maupun penjualan kain dari warna alam mengaku tidak merasakan imbas penurunan ekspor akibat pandemi Covid-19. Bahkan, ekspor produknya cenderung meningkat setiap bulan.
Owner Pagi Motley I Made Andika Putra mengatakan ekspor produknya meningkat hingga 25 persen selama semester I/2021 dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Produk yang diekspor tersebut berupa tenun, selendang, pakaian, blanket, maupun kain dengan warna alam.
Perusahaan yang baru berdiri pada Agustus 2019 tersebut melakukan ekspor hingga ke Jepang, Korea Selatan, Denmark, Swiss, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, hingga Ukraina.
"Untuk tahun pertama, angka penjualan tiap bulan meningkat Dari tahun 2020 ke semester I/2021 mengalami kenaikan omzet sebesar 25 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (31/8/2021).
Andika menuturkan hampir 80 persen produk yang diekspor berupa jasa pencelupan dari kain maupun pakaian yang dikirimkan oleh konsumen di luar negeri. Permintaan jasa pencelupan biasanya dilakukan oleh customer untuk keperluan fashion show. Sisanya, merupakan penjualan yang dibuat langsung oleh Pagi Motley.
Baca Juga
"Konsumen kita hampir 90 persen dari luar, jadi mereka memproses kain menjadi barang jadi setelah itu kita jasa pewarnaanya," sebutnya.
Menurutnya, penurunan ekspor produk tekstil berbahan alami tersebut tidak mengalami penurunan di tengah pandemi karena produk berkelanjutan yang menjadi trade mark usahanya. Apalagi, gaya hidup pasar luar negeri yang mengedepankan konsep berkelanjutan.
"Karena lifestyle orang luar yang sudah aware tentang sustainable live. Tidak hanya makanan yang organik, pakaian, interior rumah bahkan untuk peliharaan mereka pun harus sama lifestylenya dengan si pemiliknya," sebutnya,
Di tengah pandemi, pihaknya harus merasakan kenaikan biaya ekspor karena terbatasnya kontainer hingga 30 persen. Namun, kondisi tersebut tidak mempengaruhi penjualan. Apalagi, beban biaya ditanggung langsung oleh konsumen.
"Tapi untuk biaya pengiriman sudah menjadi beban konsumen," sebutnya.