Bisnis.com, DENPASAR — Ekspor produk tekstil turun cukup dalam selama semester I/2021 secara tahunan (yoy). Penurunan terjadi dalam ekspor berbentuk satuan pakaian maupun tekstil belum jadi.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, selama semester I/2021, nilai ekspor tekstil dalam satuan meter turun 32,06 persen yoy, sedangkan secara satuan turun 47,93 persen yoy, dalam bentuk pasangan turun 92,19 persen yoy, dan yard turun 30,22 persen yoy.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Lestari mengatakan penurunan ekspor tersebut disebabkan karena turunnya permintaan luar negeri. Penurunan permintaan ini juga diikuti dengan naiknya harga muat kapal akibat kelangkaan kontainer ekspor.
"Kemarin kami sudah adakan webinar untuk membahas itu, banyak asosiasi yang menyampaikan itu [kenaikan harga pengiriman]," katanya kepada Bisnis, Selasa (31/8/2021).
Hanya, Lestari tidak bisa memparkan berapa jumlah pasti kenaikan harga pengiriman karena laporan dari masing-masing eksportir berbeda-beda.
Lestari mengatakan permasalahan ini memang perlu segera mendapatkan solusi. Pemerintah pusat diharapkan memberikan solusi, misalnya dalam bentuk subsidi sehingga eksportir tidak diberatkan dengan biaya pengiriman dan tidak perlu menaikkan harga.
"Kami harapkan dari pemerintah pusat ada solusi, misalnya dengan subsidi, kalau pemda semua sedang menghadapi persoalan keuangan," sebutnya.
Sementara itu, secara nasional, industri tekstil dan produk tekstil masih dalam kondisi yang berat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja sektor tekstil dan pakaian jadi pada kuartal II/2021 minus 4,54 persen yoy.
Padahal pada periode yang sama, industri pengolahan nonmigas atau manufaktur mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal II/2021 atau 6,91 persen yoy.