Bisnis.com, DENPASAR — Masyarakat Bali menilai pemenuhan kebutuhan pokok dan alat kesehatan masih sulit selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat berlaku sejak 3 Juli 2021.
Hal tersebut tercermin dalam survei Badan Pusat Statistik (BPS) Bali. Dalam survei terkait pemenuhan kebutuhan dan pelayanan, sebanyak 31,2 persen responden menilai pemenuhan kebutuhan pokok dan alat kesehatan sulit. Begitu juga dengan pemenuhan alat kesehatan yang menunjang sebanyak 24,2 persen menilai masih sulit.
Hal tersebut berbeda dengan pemenuhan obat-obatan, vitamin, masker, hand sanitizer, dan pelayanan kesehatan jika ada yang sakit relatif mudah. Sebanyak 47,1 persen responden menilai pemenuhan obat-obatan, vitamin, masker, dan hand sanitizer mudah dan 43,0 persen menilai mudah untuk pelayanan kesehatan jika ada yang sakit.
Secara umum, tingkat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pada masa PPKM di wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) maupun Non Sarbagita tidak terlalu berbeda jauh. Namun, dari sisi pendidikan terakhir, pemenuhan kebutuhan pokok, obat-obatan, alat dan layanan kesehatan lebih sulit dialami oleh responden yang berpendidikan SMA/SMK ke bawah.
Hasil survei juga menyimpulkan, sebagian besar responden mengharapkan bantuan sembako sesuai dengan kebutuhan keluarga dan uang tunai agar tidak perlu melakukan perjalanan keluar rumah. Bantuan sembako dan uang tunai rata-rata diinginkan oleh responden, tetapi bagi yang sekolah membutuhkan bantuan internet, dan bagi yang tidak bekerja membutuhkan bantuan obat.