Bisnis.com, MATARAM - PPKM darurat yang diberlalukan di Pulau Jawa dan Bali berdampak terhadap penjualan sapi asal NTB yang sudah masuk Jakarta.
Akibat pemberlakuan PPKM darurat, sejumlah 7.000 ekor sapi asal Bima, NTB yang sudah dibawa oleh pedagang sapi melalui tol laut dan bersandar di pelabuhan Tanjung Priuk sebagian belum terjual.
Sejumlah pedagang yang membawa langsung sapi untuk dijual di wilayah Jabodetabek tidak bebas bergerak akibat pembatasan yang diberlakukan.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB Rahmadin yang menangani masalah tersebut menjelaskan 7.000 sapi tersebut akan dijual ke Jabodetabek dan provinsi Jawa Barat.
"Yang tidak bisa terjual sapi yang di wilayah Jakarta, jumlahnya masih ribuan, dan itu sedang kami bantu komunikasi ke perusahaan agar bisa dibeli sehingga pedagang yang datang dari NTB tidak rugi," jelas Rahmadin kepada Bisnis, Kamis (8/7/2021).
Dalam proses negosiasi, belum ditemukan kata sepakat antara pembeli dengan penjual mengenai harga sapi. Pihak penjual menginginkan harga sapi sesuai dengan berat timbangan sapi hidup, tetapi pihak pembeli menginginkan harga sesuai timbangan daging karkas.
"Kami masih negosiasi, jika harga daging karkas harganya jatuh ke Rp8 juta, jika harga timbangan sapi hidup harganya bisa Rp15 juta, jadi sangat jauh," ujar Rahmadin.
NTB menargetkan pada 2021 akan mensuplai daging 15.000 ekor sapi ke wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Sapi NTB disukai oleh pasaran nasional karena kualitas daging yang baik dan harganya yang terjangkau.
"Menjelang Iduladha banyak yang memilih membeli sapi asal Bima, NTB karena kualitasnya bagus dan harganya murah. Dibandingkan sapi eksotik harganya Rp30 juta, harga sapi dari NTB Rp15 juta," jelas Rahmadin.
NTB salah satu daerah dengan jumlah populasi sapi besar secara nasional, Data BPS NTB menyebutkan, pada 2020 jumlah populasi sapi NTB 1,2 juta ekor dari 17 juta ekor jumlah populasi sapi nasional. (K48)