Bisnis.com, JAKARTA – Bali selama ini dikenal sebagai salah satu daerah wisata untuk tujuan berlibur dan rekreasi. Alam dan budayanya yang menarik menggaet minat wisatawan baik di dalam maupun luar negeri.
Tapi saat ini, Pemerintah Provinsi Bali mulai melirik potensi wisatawan digital nomad atau pengembara digital. Istilah ini merujuk pada mereka yang bekerja dari jarak jauh dan berpindah-pindah dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan selama ini pariwisata Bali hanya mengandalkan ada wisatawan leisure (rekreasi) dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). "Namun, sampai saat ini kedua potensi itu tidak bisa berjalan," kata dia, dikutip dari tempo.co, Jumat (28/5/2021).
Menurut Astawa, kedatangan wisatawan leisure maupun MICE saat ini tidak bisa berjalan karena pandemi Covid-19 melarang terjadinya kerumunan banyak orang dan melarang orang untuk bepergian.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali bahkan mencatat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada Maret 2021 hanya 3 orang dan secara kumulatif sepanjang Januari-Maret 2021 sebanyak 25 orang.
"Pandemi Covid-19 telah mengajarkan manusia bagaimana harus hidup bersih dan sehat, selain itu pandemi juga mengenalkan kita pada kehidupan digital," kata Astawa saat meninjau kegiatan para digital nomad di Dojo Bali Coworking, Kuta Utara.
Menurut pemilik Dojo Bali Coworking Michael Craig, digital nomad memiliki potensi yang sangat bagus dikembangkan di Bali. Selama masa pandemi, Bali adalah tempat yang dianggap paling aman bagi para digital nomad untuk tinggal dan bekerja.
"Digital nomad adalah orang-orang kelas menengah ke atas, jadi mereka adalah orang-orang berduit. Mereka tinggal di Bali dalam jangka waktu yang cukup lama minimal setahun. Jadi masa tinggal yang lama akan berdampak pada ekonomi masyarakat di Bali dari akomodasi, makan minum dan kebutuhan lainnya," kata Craig
Sementara itu, Ketua PHRI Badung yang juga anggota Kelompok Ahli Pembangunan bidang Pariwisata IGAN Rai Suryawijaya sangat mendukung pengembangan pariwisata Bali di sektor itu.
"Dengan adanya wisatawan ini akan bisa memberi peluang juga pada akomodasi-akomodasi masyarakat seperti homestay, vila maupun akomodasi milik masyarakat lainnya," ujarnya.