Bisnis.com, MATARAM - Kawasan Selat Alas yang berada di antara pulau Lombok dan Sumbawa direncanakan menjadi kawasan ekonomi hijau atau Strait Green Regional Devopment Program.
Pembangunan kawasan ekonomi hijau Selat Alas dilakukan dengan skema pendanaan dari Green Climate Fund (GCF) yang memang konsen mendukung negara berkembang dalam pembangunan kawasan ekonomi hijau dan pihak swasta lain. Jumlah dana yang diperlukan dalam pembangunan kawasan ekonomi hijau Selat Alas mencapai Rp1 triliun.
Ketua Konsorsium pembangunan ekonomi kawasan hijau Selat Alas Rosyadi Suyuti menjelaskan model pembangunan kawasan ekonomi hijau cocok dengan konsep pembangunan NTB.
"Konsep pembangunan kawasan selat alas berbasis lingkungan dan pemberdayaan masyarakat," jelas Rosyadi dikutip dari rilis, Rabu (19/5/2021).
Pembangunan kawasan Selat Alas melibatkan dua kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa Barat serta Universitas Mataram dan PT.Eco Solution Lombok sebagai pengusul program.
Dengan status kawasan ekonomi hijau, pembangunan kawasan dikonsepkan berbasi ramah terhadap lingkungan seperti pembangunan sektor pariwisata, transportasi laut, budi daya laut, dan pembangunan medical tourism berbasis tanaman obat-obatan bernilai ekonomi tinggi.
Baca Juga
"Kapal yang dioperasikan adalah kapal bertenaga surya atau listrik, sehingga tidak mengganggu budi daya perikanan seperti lobster dan lain-lain," ujar Rosyadi.
Sementara itu Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah menjelaskan pembangunan kawasan ekonomi hijau Selat Alas sejalan dengan konsep pembangunan NTB.
"Kami mengusung pembangunan NTB Hijau, sehingga konsep yang ditawarkan konsorsium sangat cocok di Selat Alas," ujar Rohmi.
Program kawasan ekonomi hijau Selat Alas menurut Rohmi dapat mendukung program industrialisasi produk laut yang sedang digencarkan NTB. Dengan penggunaan kapal berbasis tenaga surya tidak akan mencemari budi daya produk laut yang sedang dikembangkan. (K48)