Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Investasi Sektor Hotel dan Restoran di Bali Masih Tinggi

Kondisi pandemi yang terjadi saat ini dinilai tidak menjadi satu-satunya acuan keputusan investor.
Hard Rock Hotel Bali/Istimewa
Hard Rock Hotel Bali/Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR – Bali diyakini masih memiliki potensi besar untuk mendapatkan investasi sektor hotel dan restoran meskipun kondisi pandemi Covid-19 masih berlanjut.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali M. Setyawan Santoso mengatakan investasi merupakan keputusan jangka panjang sehingga kondisi pandemi yang terjadi saat ini tidak menjadi satu-satunya acuan keputusan investor.

Apalagi, hasil investasi baru akan nampak pada 1 hingga 1 tahun ke depan sehingga jika investor tetap melakukan investasi saat ini, akan digunakan sebagai langkah menyongsong kondisi pariwisata pada 2024 - 2025.

Selain itu, investor dinilai jauh lebih untung jika melakukan investasi di tengah perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan cenderung lebih rendah daripada kondisi normal.

"Keuntungan akan diterima investor 3 - 4 tahun mendatang, justru investor sekarang lebih untung karena saat ini harga barang bangunan dan ongkos tukang lagi murah murahnya," katanya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).

Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali, penanaman modal dalam negeri di Pulau Dewata selama 2020 mencapai Rp5.432,7 miliar untuk 2.513 proyek dan penanaman modal asing (PMA) pada periode sama senilai US$293,3 juta untuk 3.967 proyek.

Porsi PMA terdiri atas 52 persen ke sektor hotel dan restoran, 15 persen ke sektor listrik, gas, dan air, 11 persen ke perumahan, kawasan industri dan perkantoran, 8 persen jasa lainnya, 7 persen transportasi, gudang, dan telekomunikasi, 3 persen industri makanan, 2 persen perdagangan dan reparasi, dan 2 persen lainnya.

Realisasi PMDN berdasarkan sektor selama 2020 terdiri atas 45 persen hotel dan restoran, 18 persen konstruksi, 13 persen transportasi dan telekomunikasi, 8 persen perumahan, 7 persen jasa lainnya, 3 persen perdagangan, 2 persen industri makanan, 2 persen tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, dan 2 persen lainnya.

Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa mengatakan data tersebut menunjukkan Pulau Dewata masih menarik bagi investor. Investor dinilai masih optimistis terhadap pertumbuhan sektor pariwisata di Bali di tengah pandemi Covid-19.

"Investor kan ada yang optimistis, ada juga yang realistis, tetapi ada juga yang memiliki modal dingin, mereka yang memiliki modal besar pasti akan tertarik dengan pariwisata," katanya.

Sekedar catatan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menghimpun total realisasi investasi Bali selama 2020 senilai Rp9,66 triliun dengan jumlah 6.480 proyek. Realisasi investasi tersebut didominasi oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang senilai Rp5,43 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp4,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper