Bisnis.com. DENPASAR - Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini dari semula 4,5 persen hingga 5,5 persen menjadi 3,5 persen sampai dengan 4,5 persen. Pemulihan sektor pariwisata yang belum terlihat menjadi salah satu penyebab revisi tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, dalam lima tahun belakangan, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 menjadi yang terendah. Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi kumulatif Bali berada pada level minus 9,31 persen.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda mengatakan revisi pertumbuhan ekonomi tersebut menyesuaikan dengan realisasi pergerakan wisatawan ke Bali. Dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang masih berlangsung, kunjungan wisatawan domestik ke Bali cenderung menurun.
Berdasarkan data kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai, hingga 9 Februari 2021, jumlah penumpang domestik menurun 78,61 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Rizki menilai normalisasi kunjungan wisatawan domestik ke Bali baru pada 2022. Begitu juga dengan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang selama ini menjadi penggerak pariwisata di Bali masih terbatas.
"Kami di tim asesmen ekonomi tentunya melihat perkembangan terkini, sampai Februari 2021, perkembangan tidak sebaik semula, masih ada PPKM, wisman yang masuk masih sedikit, wisnus pun masih terjadi penurunan, ini yang sebabkan kita revisi di 3,5 persen dan 4,5 persen," katanya, Selasa (23/2/2021).
Baca Juga
Rizki menilai jika PPKM terus diperpanjang, akan berpengaruh ke tingkat mobilitas masyarakat yang semakin terbatas. Hal tersebut akan berpengaruh pada kegiatan transaksi.
Apabila, border kunjungan wisatawan mancanegara dibuka, Rizki menilai pertumbuhan ekonomi baru akan mengalami pertumbuhan. "Kalau PPKM diperpanjang terus, impact-nya akan ke pertumbuhan ekonomi," sebutnya.