Bisnis.com, DENPASAR — Lapangan usaha yang berkaitan dengan pariwisata mengerek pertumbuhan negatif Bali pada 2020 yang ditutup tumbuh minus 9,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, terdapat empat lapangan usaha yang pertumbuhannya terganggu karena aktivitas pariwisata lumpuh akibat pandemi Covid-19. Terganggunya aktivitas pariwisata di Bali selama 2020 tercermin pada pertumbuhan negatif terdalam yang terjadi pada kategori transportasi dan pergudangan sebesar minus 31,79 persen, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh minus 27,52 persen, dan pengadaan listrik dan gas sedalam minus 16,49 persen.
Lebih lanjut, data BPS juga menunjukkan semua sumber pertumbuhan ekonomi Bali pada 2019 mengalami penurunan sumbangan pada 2020. Misalnya, akomodasi makan dan minum yang pada 2019 menyumbang 0,98 persen pertumbuhan ekonomi justru menyumbang minus 5,56 persen pada 2020.
Begitu juga dengan transportasi yang menyumbang pertumbuhan 0,35 persen pada 2019 justru menurun jadi minus 2,32 persen pada 2020. Perdagangan yang semula menyumbang 0,7 persen pada 2019 menjadi minus 0,65 persen pada 2020.
Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan, selama kuartal IV/2020 ini, aktivitas transportasi di Bali masih mengalami berbagai pembatasan yang terlihat dari pemberlakuan school from home (sfh) dan work from home (wfh), rendahnya tingkat kunjungan wisatawan, dan penerapan protokol kesehatan yang membatasi kapasitas volume muatan per armada.
Penurunan aktivitas transportasi tersebut tercermin pada data penyeberangan melalui jalur ASDP yang tercatat terjadi penurunan volume kendaraan sebesar minus 38,07 persen dan volume penumpang sebesar minus 58,15 persen. Pada jalur angkutan udara, jumlah keberangkatan penumpang internasional di Bandara Ngurah Rai tercatat turun sedalam minus 99,99 persen dan keberangkatan penumpang domestik turun sedalam minys 65,28 persen YoY.
Baca Juga
"Sebagai lapangan usaha yang mencakup mobilitas penduduk, kategori transportasi dan pergudangan paling terkena dampak pandemi Covid-19," katanya, Jumat (5/2/2021).
Kategori penyediaan akomodasi dan makan minum termasuk di dalamnya seperti hotel dan restoran, pada kuartal IV/2020 juga mengalami penurunan yang signifikan. Kondisi ini salah satunya tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang hanya tercatat 261 kunjungan pada kuartal IV/2020 dibandingkan dengan kuartal IV/2019 dengan jumlah kunjungan wisman mencapai 1,6 juta kunjungan.
Lebih lanjut, dari rendahnya tingkat kunjungan wisman tersebut diduga berdampak pada tingkat hunian hotel dan vila serta berdampak pada tingkat omset restoran dan rumah makan. Dugaan tersebut didukung oleh indikator rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Bali yang pada kuartal IV/2020 berada pada kisaran 12,62 persen YoY.
Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas juga diduga masih terkena imbas pandemi Covid-19. Selama periode kuartal IV/2020, nilai tambah yang tercipta dari aktivitas pada kategori ini tercatat mengalami penurunan atau terkontraksi sedalam minus 26,96 persen.
Berdasarkan data PLN Distribusi Bali, jumlah KWH listrik yang terjual tercatat turun 22,23 persen YoY. Penurunan konsumsi listrik tersebut utamanya bersumber dari pelanggan kelompok bisnis yang turun sedalam minus 39,18 persen.
"Hal ini kiranya wajar karena aktivitas pelanggan kelompok bisnis utamanya aktivitas produksi para pelaku usaha pada kuartal ini mengalami penurunan di tengah masa pandemi Covid-19 jika dibandingkan dengan kondisi pada kuartal IV/2019 saat aktivitas produksi berlangsung normal sehingga tingkat kebutuhan konsumsi listrik lebih tinggi pada saat itu," sebutnya.