Bisnis.com, DENPASAR — Balai Karantina Pertanian Denpasar mencatat selama 2020 nilai ekspor manggis mencapai Rp67 miliar atau meningkat 73 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp18 miliar secara year on year (yoy).
Kendati nilai ekspor mengalami peningkatan namun secara volume menurun hingga 54 persen menjadi 914 ton dari 2.004 ton. Adapun negara tujuan ekspor manggis dari Bali pada tahun lalu yakni China, Inggris, Rusia, UAE, Prancis, Kamboja, dan Italia.
Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Lestari mengatakan berkurangnya volume ekspor manggis salah satunya disebabkan oleh sedikitnya panen grade buah kualitas ekspor, yang menyebabkan harga meningkat hingga Rp50.000/buah. Sedangkan harga pada musim panen normal hanya mencapai Rp30.000/buah.
"Meskipun panennya sedikit, tapi kualitasnya bagus, jadi harga dapat meningkat sehingga nilai jualnya tinggi," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (28/1/2021).
Sementara itu, disinggung mengenai potensi ekspor pada 2021, dia memprediksikan kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab hujan berkepanjangan membuat hasil panen berkurang.
"Meski demikian kami tetap berharap selalu ada perbaikan ekspor dari tahun ke tahun," tambahnya.
Baca Juga
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana menuturkan terjadinya penurunan ekspor pada 2020 turut disebabkan oleh pandemi Covid-19, sehingga tidak ada penerbangan secara langsung ke negara tujuan ekspor terutama China, dan terjadi peningkatan nilai cargo yang harus dibayarkan oleh eksportir.
"Sulit rasanya jika tidak ada direct flight, karena berat di ongkos cargo," jelasnya.
Sementara untuk tahun ini pihaknya optimistis akan ada peningkatan ekspor seperti periode sebelum pandemi, dengan catatan penerbangan langsung ke negara tujuan dapat dibuka kembali.
"Kami optimistis bisa kembali naik, karena barangnya ada, semoga penerbangan segera tersedia," tambahnya.