Bisnis.com, DENPASAR - Sinyal pertumbuhan ekonomi di Denpasar, Bali mulai nampak lewat perolehan inflasi secara bulanan sebesar 0,2 persen pada November 2020 pasca mengalami deflasi beberapa bulan belakangan.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statisik (BPS) Bali, deflasi bulanan mulai terjadi di Denpasar sejak April 2020 dengan perolehan sebesar minus 0,32 persen. Pada Mei 2020, deflasi bulanan Denpasar 0,1 persen. Meskipun demikian, pada Juni 2020, Denpasar kembali berhasil mengalami inflasi sebesar 0,08 persen.
Selanjutnya, pada Juli 2020, Denpasar kembali mengalami deflasi sedalam minus 0,46 persen. Pada Agustus hingga Oktober 2020 secara berturut-turut besaran deflasi Denpasar adalah sedalam minus 0,12 persen, minus 0,16 persen, dan minus 0,25 persen.
Pada November 2020, inflasi setinggi 0,20 persen ditunjukkan dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen dari 103,37 pada Oktober 2020 menjadi 103,58 pada November 2020.
Sementara itu, tingkat deflasi tahun kalender (year to date/ytd) November 2020 tercatat sedalam minus 0,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/YoY) tercatat setinggi 0,72 persen.
Kepala BPS Bali Hanif Yahya mengatakan inflasi tersebut merupakan yang ketiga kalinya terjadi pada Denpasar sejak pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama sembilan bulan terakhir. Sementara itu, bulan-bulan sisanya pada tahun ini, Denpasar tercatat mengalami deflasi.
Baca Juga
Adapun bulan-bulan yang mengalami inflasi sejak pandemi Covid-19 melanda yakni Maret 2020 sebesar 0,11 persen, Juni 2020 0,08 persen, dan November 0,2 persen.
Dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau setinggi 1,41 persen. Selain itu, inflasi Denpasar juga didukung oleh kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang mengalami inflasi setinggi 0,19 persen dam kelompok kesehatan yang mengalami inflasi setinggi 0,14 persen.
Penyumbang inflasi lainnya yani kelompok pakaian dan alas kaki dengan perolehan setinggi 0,10 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan setinggi 0,03 persen.
Kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok makanan dengan perolehan setinggi 0,33 persen. Dari kelompok tersebut komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah cabai merah sebesar 27,97 persen dan bawang merah 19,28 persen. Kelompok berikutnya yang menjadi penyumbang inflasi terbesar adalah pakaian sebesar 0,005 persen yang berasal dari blus wanita yang mengalami peningkatan harga 9,32 persen dan diikuti kenaikan harga pakaian dalam anak 6,69 persen.
"Ini adalah dua kelompok penyumbang inflasi terbesar untuk Kota Denpasar," katanya, Selasa (1/12/2020).
Sementara itu, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sedalam minus 1,05 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sedalam minus 0,51 persen, kelompok transportasi sedalam minus 0,22 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sedalam minus 0,11 persen.
Dua kelompok pengeluaran lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok pendidikan dan kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran.