Bisnis.com, SEMARAPURA – Kinerja pertumbuhan ekonomi Bali pada 2019 diprakirakan akan mengalami akselerasi dengan rentang 6%-6,40%, dengan bidang usaha pariwisata masih menjadi sumber pertumbuhan utama.
Pengerjaan beberapa proyek konstruksi dan infrastruktur berupa pembangunan kawasan perkantoran, hotel, bendungan, shortcut jalan (groundbreaking shortcut jalan Mengwitani- Singaraja). Adapula berlanjutnya pengerjaan Benoa Tourism Port dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut.
Seiring dengan itu, dampak lanjutan IMF-WB AM 2018 dan pengembangan pasar-pasar alternatif untuk ekspor barang luar negeri, diharapkan juga menjadi salah satu faktor pendorong kinerja ekonomi Bali 2019.
"Pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan presiden juga menjadi faktor pendorong ekonomi Bali 2019," jelas Kepala Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana, Kamis (13/12/2018).
Adapun inflasi Bali 2019 diprakirakan akan berada dalam kisaran 3,5%±1% (yoy), didukung oleh terjaganya harga komoditas volatile food dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar rupiah.
Sejalan dengan itu upaya TPID pada tingkat provinsi dan 9 kabupaten dan kota dalam melakukan pengendalian inflasi juga menjadi faktor yang berkontribusi dalam tercapainya sasaran inflasi tersebut.
Adapun prospek perekonomian Bali pada akhir 2018 diprakirakan akan tumbuh dalam kisaran 5,90%-6,30% (yoy), terutama didorong oleh pelaksanaan event IMF-WB AM 2018. Pelaksanaan pertemuan itu diprakirakan akan mendorong akselerasi ekonomi Bali, baik dari sisi pengerjaan infrastruktur maupun perhelatan acara.
Causa menegaskan perekonomian Bali ke depan masih menghadapi berbagai tantangan. Berdasarkan perkembangan industri pariwisata terakhir, besarnya ketergantungan terhadap kedatangan wisatawan ke Bali melalui jalur udara menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Bali.
"Khususnya bila terjadi bencana alam yang mengakibatkan tutupnya operasional bandara seperti 2015 dan 2017," paparnya.
Menurutnya, pengembangan Benoa Tourism Port menjadi hal yang strategis sebagai alternatif pintu masuk ke Bali. Selain itu, rencana pengembangan pelabuhan Celukan Bawang sebagai salah satu pelabuhan penumpang untuk kapal pesiar, juga menjadi alternatif peningkatan akses untuk kunjungan ke Bali.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Ekonomi Bali adalah besarnya peran bidang usaha pariwisata terhadap ekonomi Bali. Berdasarkan penghitungan tahun 2017 dengan mengacu kepada Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas 2017), share bidang usaha pariwisata tercatat 52,99% terhadap ekonomi Bali 2017.
Causa menyatakan kondisi tersebut memunculkan risiko terhadap kontinuitas dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi Bali, terutama bila terjadi bencana yang menghambat akses masuk dan keluar Bali. Pada 2015, saat terjadi bencana Gunung Raung dan Gunung Barujari yang menutup operasional Bandara Ngurah Rai beberapa periode, berdampak ke kinerja ekonomi Bali yang tumbuh melambat menjadi 6,03% (yoy) dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,73% (yoy).
Sementara itu, erupsi Gunung Agung pada triwulan IV 2017 yang juga menutup operasional Bandara Ngurah Rai beberapa periode, juga berdampak pada kinerja ekonomi Bali di 2017 yang tumbh 5,59% (yoy), melambat dibanding 2016 yang sebesar 6,32% (yoy). Bahkan terjadinya gempa Lombok pada Agustus 2018 juga berpengaruh terhadap kinerja ekonomi Bali, khususnya di triwulan III 2018.
"Berdampak pada melambatnya kinerja lapangan usaha akomodasi makan dan minum serta transportasi dan pergudangan, padahal triwulan III merupakan periode peakseason pariwisata di Bali," paparnya.