Bisnis.com, MATARAM -- Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati posisi paling buncit atau provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah pada kuartal I/2018 dengan nilai kontraksi sebesar 0,33% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Endang Tri Wahyuningsih mengatakan angka ini merupakan akibat dari penurunan tertinggi yang terjadi pada kategori lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 20,29%.
"Memang kondisi ini terjadi akibat tidak adanya ekspor konsentrat yang selama ini berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi NTB," ujarnya di Mataram, Senin (7/5/2018).
Sumber: BPS NTB
Dibanding kuartal IV/2017, pertumbuhan ekonomi NTB pada kuartal I/2018 mengalami penurunan hingga 6,1%. Sektor pertambangan dan penggalian menjadi faktor penekan utama dengan nilai 27,41%.
Jika mengeluarkan sektor tambang, secara year-on-year (yoy), pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh sebesar 4,34%.
Struktur perekonomian NTB, berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha pada kuartal I/2018, masih didominasi oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dengan porsi 23,43%. Diikuti oleh kategori pertambangan dan penggalian dengan kontribusi 14,58%, serta kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan persentase 14,27%.
Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kategori jasa keuangan sebesar 11,61%. Diikuti oleh kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,99% serta kategori real estat yang sekitar 7,07%.