Bisnis.com, DENPASAR – Kakao menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Bali ke sejumlah negara. Pada 2024 Bali mengirim 372,3 ton kakao untuk diekspor ke luar negeri.
Kepala Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Bali (Karantina Bali), Heri Yuwono menjelaskan tujuan ekspor kakao Bali di antaranya adalah Irlandia, Jepang, Lithuania, Australia, UEA, Jerman, Saudi Arabia, Belanda, China, dan Prancis.
Heri menjelaskan biji kakao Bali diminati karena memiliki aroma dan cita rasa yang khas serta teksturnya tidak mudah meleleh.
"Pada 2024, ekspor kakao dari Bali mencapai 372,3 ton dengan perkiraan nilai Rp1,6 miliar. Komoditas tersebut diekspor dalam bentuk kakao blok, biji, dan bubuk," ucap Heri dikutip dari siaran pers, Senin (21/7/2025).
Ketua Komisi IV Titiek Soeharto meminta agar ekspor komoditas kakao Bali ke berbagai negara terus dilanjutkan saat berkunjung ke sentra Kakao di Marga, Kabupaten Tabanan.
Titiek juga meminta Badan Karantina Indonesia melakukan edukasi dan pendampingan secara intensif untuk meningkatkan ekspor.
Baca Juga
"Kami mendorong edukasi dan pendampingan kepada UMKM untuk pemenuhan persyaratan ekspor," kata Titiek.
Sahat menegaskan bahwa Badan Karantina Indonesia melalui Karantina Bali terus mendorong agar berbagai komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan dari Pulau Dewata tersebut dapat memenuhi persyaratan ekspor seperti registrasi di General Administration of Customs of the People's Republic of China (GACC) juga berbagai persyaratan lainnya melalui program Go Ekspor.
Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M Panggabean, terus mendorong agar berbagai komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan dari Bali tersebut dapat memenuhi persyaratan ekspor.
"Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah ketertelusuran, jaminan mutu komoditas, bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)," tutur Sahat.
Sebagai tambahan informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi Kakao Jembrana pada 2024 mencapai 4.812 ton, daerah terbesar yang memproduksi kakao yakni Kabupaten Jembrana dengan jumlah produksi 3.259 ton, kemudian Kabupaten Tabanan sebesar 937 ton, Kabupaten Buleleng 446 ton, Kabupaten Karangasem 80 ton, Kabupaten Badung 37 ton, Kabupaten Gianyar 38 ton, Kabupaten Bangli 14 ton.