Bisnis.com, DENPASAR – Pembiayaan multifinance di Bali Pada kuartal I/2025 mencapai Rp12,21 triliun atau tumbuh 8,95% (YoY).
Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu menjelaskan terjadi tren perlambatan pertumbuhan pembiayaan multifinance jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2024 (YoY).
"Pertumbuhan piutang pembiayaan lebih rendah dibandingkan posisi Maret 2024 yang tumbuh sebesar 18,44 persen (YoY)," jelas Puji dikutip dari keterangan pers, Selasa (20/5/2025).
Pembiayaan tersebut didominasi oleh pembiayaan kepada perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor dengan market share 21,04%. Serta pembiayaan kepada aktivitas penyewaan dan sewa Guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanan dan penunjang usaha lainnya dengan market share 13,77%.
Di sisi lain, tingkat pembiayaan bermasalah relatif rendah dan terkendali. Tingkat Non Performing Financing (NPF) posisi Maret 2025 sebesar 1,03%, sedikit meningkat dibandingkan posisi Maret 2024 yang sebesar 0,95%.
Sementara itu, penyaluran pembiayaan melalui modal ventura di Bali sejumlah Rp92,82 miliar dengan pertumbuhan sebesar 3,94% (YoY), meningkat dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 3,3% (YoY). Tingkat Non Performing Financing (NPF) Modal Ventura posisi Maret 2025 relatif rendah dan terkendali yaitu sebesar 1,19%, membaik dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,42%.
Baca Juga
OJK juga mencatat jumlah investor asar .odal wilayah Bali masih tetap menunjukkan pertumbuhan tinggi yaitu mencapai double digit dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2025, jumlah investor saham di Bali sebanyak 151.096 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 22,68 (YoY). Demikian juga dengan jumlah investor Reksa Dana dan SBN yang masing-masing tumbuh sebesar 21,80% (YoY) dan 18,11% (YoY).
Nilai kepemilikan saham di Bali mencapai Rp5,36 triliun atau tumbuh 12,59% (YoY), sementara nilai transaksi saham sebesar Rp2,25 triliun atau tumbuh 16,83% (YoY).