Bisnis.com, DENPASAR - Perusahaan pembiayaan PT Federal International Finance (FIF) Bali menargetkan penyaluran pembiayaan meningkat 15% pada 2025 dengan target penyaluran pembiayaan di angka Rp93,9 miliar.
Multi-Purposed Financing Marketing Head FIF GROUP Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Junaedi, menjelaskan target penyaluran pembiayaan di Bali mengikuti target laba pusat yang juga diproyeksikan naik menjadi Rp5 triliun dari laba 2024 sejumlah Rp4,6 triliun.
Junaedi optimistis FIF bisa mencapai target tersebut, mengingat ekonomi Bali pada 2025 diproyeksikan tumbuh di kisaran 5%.
Pertumbuhan ekonomi Bali didukung oleh bergeliatnya industri pariwisata Pulau Dewata yang menunjukkan tren meningkat sejak tahun lalu.
"Kami melihat Bali sebagai daerah yang disokong oleh pariwisata ekonominya tumbuh positif, kami berharap dengan pertumbuhan tersebut bisa mendukung capaian kami di 2025," jelas Junaedi kepada media di sela acara Spektra Meriah Denpasar, Senin (24/2/2025).
Pembiayaan otomotif seperti kredit sepeda motor dan unit kendaraan lainnya masih menjadi andalan FIF Bali pada 2025.
Junaedi memproyeksikan porsi pembiayaan otomotif tidak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya di kisaran 75% dari seluruh nilai pembiayaan yang disalurkan. Pada 2025 sektor ini ditargetkan bisa menyentuh 80%.
Pada 2024, kendaraan bermotor yang dibiayai melalui fasilitas pembiayaan FIF mencapai kisaran 3.000-3.500 unit per bulan, dari 8.000-10.000 total unit kendaraan yang terjual di Bali setiap bulan.
Selain pembiayaan kendaraan bermotor, FIF juga mengandalkan pembiayaan tunai di 2025 atau Dana Astra.
Kemudian juga pembiayaan spektra yang merupakan pembiayaan untuk pembelian kebutuhan produk elektronik seperti televisi, kulkas dan lainnya.
FIF mencatat realisasi pembiayaan spektra di Bali berkisar di angka Rp7 - 9 miliar per bulan, dengan realisasi tertinggi pada akhir tahun atau Desember 2024 mencapai angka Rp9 miliar.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan dari perusahaan pembiayaan di Bali mencapai Rp12,08 triliun, atau tumbuh 12,42% year-on-year yoy. Namun jumlah itu lebih rendah dibandingkan posisi Desember 2023 yang tumbuh sebesar 20,37% yoy.
Pembiayaan tersebut didominasi oleh pembiayaan kepada perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor dengan market share 29,49% serta pembiayaan kepada aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanan dan penunjang usaha lainnya dengan market share 13,56%.
Di sisi lain, tingkat pembiayaan bermasalah relatif rendah dan terkendali. Tingkat Non Performing Financing (NPF) posisi November 2024 sebesar 0,93 persen, membaik dibandingkan posisi Desember 2023 yang sebesar 1,15%.