Bisnis.com, DENPASAR – Pembelian gadget seperti iPhone di Bali cukup tinggi jika dilihat dari penyaluran pembiayaan FIF Group ke produk konsumtif.
Manajer Pemasaran Spektra FIF Bali I Gusti Ngurah Bagus Junaedi mengungkapkan, sepanjang penyaluran pembiayaan FIF di Bali tumbuh 6%, dengan gadget menjadi penjualan tertinggi.
Dari total Rp7,4 miliar penyaluran pembiayaan per bulan, Rp3,5 miliar di antaranya adalah pembiayaan ke gadget.
Kebanyakan konsumen memburu iPhone terbaru dengan harga Rp8-16 juta. Mereka mengambil pembiayaan dengan tenor 6-12 bulan.
"Pada 2024 rata-rata penyaluran kredit Rp6,3-6,4 miliar per bulan. Pada 2025 penyaluran kredit Rp7,2 miliar-Rp7,4 miliar per bulan, itu pencapaian bulanan untuk penjualan spektra. Dari nilai tersebut, penyaluran kredit untuk gadget Rp3,5 miliar, tertinggi dibandingkan produk lainnya," kata I Gusti Ngurah Bagus Junaedi, Rabu (30/7/2025).
Gadget juga menjadi produk yang paling banyak terjual di setiap event pameran Spektra FIF sehingga menjadi salah satu produk andalan untuk mencapai target penyaluran pembiayaan Rp2 miliar.
Baca Juga
Junaedi menjelaskan, target tersebut masih sama dengan pekan Spektra 2024, dengan realisasi lebih tinggi yakni mencapai Rp2,7 miliar.
Dia menambahkan, alasan tidak menaikkan target bukan karena pesimistis terhadap kondisi market pada 2025, melainkan agar kualitas layanan tetap terjaga dengan baik.
"Kami secara target tidak pasang terlalu tinggi supaya kami tidak murni hanya mengejar target, akan tetapi layanan juga dijaga, kalau berorientasi terlalu ke target, nanti layanan ke konsumen terburu-buru, time service-nya jadi pendek," ucap Junaedi.
Pada semester II/2025, FIF Bali menargetkan pertumbuhan 10% Year-on-Year (YoY). Untuk mencapai target tersebut, selain mengandalkan pembiayaan gadget dan kendaraan roda dua, Junaedi juga menargetkan pembiayaan ke produk penunjang pendidikan seperti laptop.
Junaedi menyebut, market pelajar yang baru masuk sekolah atau kuliah dan butuh laptop baru bisa jadi lahan yang mungkin digarap.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi dari perusahaan pembiayaan di Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp19,42 triliun, tumbuh 7,61% (YoY).
Jumlah itu sedikit melandai dibandingkan posisi Maret 2025 yang tumbuh sebesar 8,20% (YoY), dibandingkan April 2024 yang tumbuh 16,43% (YoY).
Di sisi lain, tingkat pembiayaan bermasalah perusahaan pembiayaan relatif rendah dengan Non-Performing Financing (NPF) April 2025 sebesar 1,51%, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,49%.