Bisnis.com, DENPASAR — Upaya pemerataan ekonomi ke luar Bali Selatan hingga saat ini belum menampakan hasil yang optimal, walaupun upaya pemerataan telah dimulai sejak lima tahun lalu.
Pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang 2024 rata-rata sudah di atas 5%, seperti pada kuartal II/2034 5,36% dan kuartal III/2024 tumbuh 5,58%. Namun, hal itu tidak otomatis berdampak ke seluruh Bali.
Dominasi ekonomi Bali masih terpusat di Bali Selatan atau kawasan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita). Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, kawasan Sarbagita menyumbang 65,96% dari total ekonomi Bali. Di sisi lain, wilayah luar Sarbagita hanya menyumbang 31,01%.
Menurutnya, angka ini mencerminkan ketidakmerataan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Bali. Saat ini, Bali telah mengalami transformasi besar melalui pertumbuhan pariwisata yang pesat karena masyarakat Bali menjunjung tinggi nilai budaya, menjadikan pariwisata budaya sebagai daya tarik utama Bali.
"Akselerasi pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat tercapai dengan strategi pembangunan tepat sasaran sesuai keunggulan suatu wilayah. Para pihak harus memahami karakteristik peta pengembangan Bali secara utuh dan keberhasilan pengembangan sektor tertentu di suatu wilayah tidak berarti harus direplikasi di wilayah lainnya," jelas Tjok Ace saat berbicara di Temu Wirasa Stakeholders 2024, dikutip Jumat (15/11/2024).
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja juga mengakui walaupun ekonomi Bali telah pulih pasca pandemi, disparitas antara Bali Selatan (Sarbagita) dan wilayah non-Sarbagita masih cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, Erwin menjelaskan tiga sinergitas penting yang perlu dijalankan, yaitu pengendalian inflasi dan swasembada pangan, mendorong digitalisasi, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Baca Juga
"Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan sangat penting guna menciptakan keselarasan antara sektor pariwisata, pertanian, dan ekonomi kreatif. Diversifikasi ekonomi yang tepat dan terarah dapat menciptakan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat," ujar Erwin.
Bank Indonesia telah berupaya mengurangi disparitas tersebut melalui diversifikasi ekonomi sesuai dengan konsep ekonomi kerthi Bali yang memprioritaskan enam sektor unggulan, di mana sektor pertanian sebagai prioritas utama. Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor utama perekonomian Bali, yang berkontribusi 13,73% terhadap PDRB 2023 (berdasarkan ADHB).
Adapun, pada 2023, sektor pertanian tumbuh sebesar -0,57% (year on year/YoY), membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -0,92% (YoY).
Membaiknya kinerja sektor pertanian terjadi akibat sejumlah faktor, diantaranya adanya musim panen untuk beberapa komoditas pertanian serta peningkatan permintaan terhadap subsektor perkebunan seperti komoditas kakao.
Menurut BI, masih terdapat beberapa isu strategis pada sektor pertanian, salah satunya masih minimnya penyaluran kredit pertanian. Kredit pertanian pada tahun 2023 tumbuh sebesar 10,73% (YoY), lebih rendah dibanding tahun 2022 yang tumbuh sebesar 20,30% (YoY).
Kesejahteraan petani juga belum menunjukkan peningkatan dari sebelum pandemi hingga saat ini. Rata-rata Pendapatan TK Pertanian masih lebih rendah daripada rata-rata Pengeluaran TK Pertanian. Selain itu, persoalan lainnya seperti masih tingginya Margin Perdagangan & Pengangkutan serta maraknya alih fungsi lahan di tengah pembangunan akomodasi pariwisata masih terjadi.
Meski masih terdapat tantangan, pemerintah telah memberikan dukungan terhadap kinerja sektor pertanian sebagai contoh Pergub Nomor 99 Tahun 2018 Tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali yang berkomitmen untuk mendukung petani, peternak, dan UMKM lokal untuk mendapat akses pasar lebih luas.
Selain itu, di Kabupaten Badung juga telah berlangsung Kerjasama antara Petani dan RMU yang dikelola oleh Perumda Badung. Untuk menjaga lahan pangan berkelanjutan, 7 dari 9 Kabupaten/Kota di Bali juga telah dilengkapi dengan regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan.
"Ke depannya perlu sinergi semua pihak untuk bisa mendorong agar pertanian ini bisa menjadi sektor yang menarik bagi kaum muda dan bisa memberikan jaminan pendapatan yang stabil," ujar Erwin.
Menurut Erwin, salah satu subsektor Pertanian, yakni perikanan, Bali memiliki pangsa ekonomi sekitar 4%—5% dalam 5 tahun terakhir dan berperan sebagai komoditas unggulan ekspor. Sayangnya, banyak pelaku usaha kecil di sektor ini yang belum memiliki izin operasional, sehingga sulit untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih luas, seperti international chain hotel yang terutama berada di Bali.
BI juga melihat bahwa pengembangan infrastruktur dan legalitas usaha di sektor ini penting untuk membuka akses pasar yang lebih besar dan meningkatkan kontribusi sektor perikanan bagi perekonomian daerah.
Sementara itu Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi Provinsi Bali dalam pemerataan pembangunan, seperti penataan sektor penunjang pariwisata dan daya dukung lingkungan. Mahendra menekankan pentingnya infrastruktur strategis, termasuk peningkatan jaringan jalan Bali Utara-Selatan dan dukungan permodalan untuk UMKM guna meningkatkan pemerataan ekonomi dan daya saing di seluruh wilayah Bali.
"Langkah strategis tersebut dapat meningkatkan daya saing kawasan" ujar Mahendra.