Bisnis.com, DENPASAR – Pembangunan pasar induk Bali yang direncanakan sejak lama saat ini sudah masuk dalam tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS).
Salah satu yang dikaji adalah pemilihan lokasi yang tepat dan strategis sehingga keberadaan pasar induk efektif mengendalikan harga pangan di Bali. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, I Wayan Jarta menjelaskan lokasi pasar induk harus benar–benar strategis, mudah dijangkau oleh produsen komoditas dan mudah juga dijangkau oleh distributor hingga konsumen.
“Melalui studi kelayakan hal yang prinsip terus kami matangkan, yang begini tidak boleh grasa grusu atau sembarangan. Harus dikaji betul mulai dari tempat, pengelolanya, ini terus kami bahas di bawah koordinasi Sekda,” jelas Jarta, Rabu (1/11/2023).
Menurut pandangan Jarta, lokasi pasar induk idealnya masih di sekitar kota, sehingga dekat dengan konsumen utama dan dekat dengan daerah pariwisata yang memang membutuhkan suplai komoditas. Kalau terlalu jauh dari kota dan destinasi wisata, maka akan menambah biaya transportasi sehingga keberadaan pasar induk tidak akan efektif.
Selain itu, luas lahan juga menjadi pertimbangan utama pemilihan lokasi. Menurut Jarta, pasar induk membutuhkan lahan yang luas karena harus ada alokasi untuk gudang penyimpanan komoditas, kapasitas jalan yang ideal untuk keluar masuknya kendaraan yang membawa komoditas hingga lahan parkir untuk konsumen.
Soal anggaran pembangunan pasar induk, menurut Jarta kemungkinan akan dialokasikan melalui APBD Provinsi, Kabupaten dan tidak menutup kemungkinan juga dari APBN. Anggaran akan dibahas setelah studi kelayakan selesai.
Baca Juga
Jarta mengungkap yang terpenting pasar induk bisa menjadi pusat distribusi kebutuhan pokok masyarakat, dan menjadi pengendali harga komoditas sehingga ketika terjadi gejolak harga bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah. “Bali sangat butuh pasar induk untuk pengendalian harga dan distribusi komoditas,” ujar Jarta.