Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Desa Potato Head Seminyak, Destinasi yang Mengolah Sampah Secara Mandiri

Desa Potato Head mengolah 1,2 ton sampah organik dan non organik, sampah organic terdiri dari batok kelapa yang mencapai 150 batok kelapa.
Salah satu proses pembuatan produk dari hasil olahan sampah anorganik di kawasn Desa Potato Head, bagian dari Potato Head and Suites yang terdiri dari kawasan hotel, beach club dan restoran. Desa Potato Head dikembangkan untuk membangun kawasan wisata berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Salah satu proses pembuatan produk dari hasil olahan sampah anorganik di kawasn Desa Potato Head, bagian dari Potato Head and Suites yang terdiri dari kawasan hotel, beach club dan restoran. Desa Potato Head dikembangkan untuk membangun kawasan wisata berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Bisnis.com, DENPASAR – Potato Head and Suites yang merupakan kawasan hotel, beach club dan restoran di Seminyak berhasil membangun konsep kawasan wisata berkelanjutan atau sustainable tourism area melalui konsep Desa Potato Head yang mengembangkan pengolahan sampah secara mandiri, yang saat ini lazim disebut pengolahan sampah berbasis sumber.

Pihak hotel sejak 2017 mulai membangun pengolahan sampah untuk mengolah sampah yang dihasilkan hotel, club dan restoran tersebut. Pengolahan sampah dilakukan mulai dari pemilahan antara sampah organic dan anorganic selanjutnya diolah menjadi produk yang digunakan kembali di hotel.

Dari pantauan Bisnis di lokasi, pusat pengolahan sampah terintegrasi dengan hotel Potato, tetapi diatur sedemikian rupa sehingga aktivitas pengolahan tersebut tidak mengganggu pengunjung. Namun, justru menjadi bagian destinasi yang menarik bagi pengunjung, terutama wisatawan mancanegara yang banyak menginap di hotel tersebut. Para wisatawan diajak oleh manajemen hotel untuk melihat secara langsung proses pengolahan sampah mulai dari pemilahan hingga menjadi satu produk.

Setiap hari, Desa Potato Head mengolah 1,2 ton sampah organik dan non organik, sampah organic terdiri dari batok kelapa yang mencapai 150 batok kelapa, srabut kelapa ini diolah menjadi pupuk organik yang kemudian digunakan untuk pupuk tanaman dikawasan tersebut. Sedangkan batok kelapanya diolah dan menjadi wadah yang bermanfaat.

Kemudian sampah anorganik yang paling banyak adalah botol, tutup botol, styrofoam, minyak jelantah sisa dari restoran, dan beberapa jenis sampah lainnya. Direktur Sustainability Desa Potato Head, Iwan Kurniawan menjelaskan sampah anorganik yang bisa diolah langsung yakni botol, minyak jelantah, dan beberapa jenis sampah lainnya, setiap hari lebih dari 100 kg sampah plastik yang diolah. 

“Setelah kami pilah antara organik dan anorganik, yang anorganik kami pilah lagi mana yang bisa kami olah disini maupun yang belum bisa kami olah, sementara ini yang bisa kami olah seperti botol, tutup botol, kemudian minyak jelantah. Kalau yang belum bisa kami olah diambil secara gratis oleh pemulung,” jelas Iwan, Jumat (11/8/2023).

Produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah tersebut antara lain, lilin, kursi, tempat sabun cair atau soap dispenser, meja, tumbler, gelang, sepatu. Semua produk tersebut digunakan kembali oleh pihak hotel seperti tumbler dibagikan kepada pengunjung, tempat soap dispenser ditaruh di setiap toilet hotel hingga di kamar mandi hotel. Kemudian lilin juga digunakan di setiap kamar, acara dan dibagikan ke pengunjung. 

Semua produk tersebut tidak dijual keluar karena masih digunakan di hotel. Iwan menjelaskan ada 16 orang yang terlibat dalam pengolahan sampah secara mandiri tersebut, mulai dari memilah sampah hingga membuatnya menjadi produk jadi. Semua proses pengolahan sudah berbasis teknologi. Nilai investasi untuk alat pengolahan saja kata Iwan mencapai Rp500 juta. Belum termasuk pembangunan kawasannya.

Selain mengolah sampah, Potato Head juga tidak menyediakan kantong plastik maupun wadah plastik. Pengunjung juga diajak untuk tidak menggunakan plastik agar bisa menekan jumlah sampah plastik yang sudah menjadi masalah lingkungan.

Alasan Potato Head and Suites membangun kawasan pengolahan sampah mandiri berawal dari kebutuhan akan pengolahan sampah yang dihasilkan oleh hotel tersebut agar tidak berdampak negatif ke lingkungan sekiat hotel. “Kenapa kami membangun kawasan ini pertama ada kebutuhan untuk pengolahan sampah secara mandiri karena volume sampah kami yang besar. Kemudian kami ingin berkontribusi lebih jauh terhadap keberlangsungan lingkungan atau alam di Bali, khususnya bagi destinasi wisata,” kata Iwan.

Iwan mengaku adanya kawasan Desa Potato Head ini berdampak positif terhadap branding hotel, namun branding bukan tujuan utama dari manajemen, karena prioritas saat ini bagaimana membangun kawasan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta sampah tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar hotel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper