Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kiprah Seniman Difabel Tidak Terbatas Lagi Karena Ada QRIS

Digitalisasi yang membuat dunia Agus menjadi tidak terbatas itu berwujud gawai pintar dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Seniman difabel Gede Agus Mertayasa sedang melukis di rumahnya di Desa Buduk, Kabupaten Badung. Bisnis/Feri Kristianto
Seniman difabel Gede Agus Mertayasa sedang melukis di rumahnya di Desa Buduk, Kabupaten Badung. Bisnis/Feri Kristianto

Bisnis.com, DENPASAR—Dunia kini sudah tidak terbatas lagi bagi I Gede Agus Mertayasa. Adalah digitalisasi yang membuat pemuda dengan keterbatasan fisik ini tidak terhalang oleh pembatas dalam berkarya.

Digitalisasi yang membuat dunia Agus menjadi tidak terbatas itu berwujud gawai pintar dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan digunakannya standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia ini, penjualan lukisannya menjadi lebih mudah. Walhasil, meskipun tanpa didampingi kedua orang tuanya, dia tetap dapat berkomunikasi serta menerima pembayaran hasil karyanya.

Agus Mertayasa adalah pemuda difabel asal Desa Buduk, Kecamatan Mengwi. Sejak usia 1,5 tahun kakinya lumpuh, dan tidak bisa berbicara. Untuk beraktivitas, dia harus dibantu menggunakan kursi roda. Sementara untuk berkomunikasi, biasanya dibantu oleh kedua orang tuanya. Berbagai rintangan tersebut menjadi cerita lama. Sekarang dia bisa lebih mandiri dan giliran membantu kedua orang tuanya.

“Meskipun saya tidak ada di pameran, tidak masalah karena pembeli tinggal scan saja,” tuturnya melalui ibunya kepada Bisnis, Senin (19/6/2023).

Agus Mertayasa saat ini dikenal sebagai seniman lukis. Hasil karyanya bertema pewayangan, serta budaya tradisional khas Pulau Dewata, seperti barong, rangda. Harga lukisannya dibandrol bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk medium kanvas. Pembelinya berasal dari warga lokal hingga mancanegara. Beberapa ajang pameran di Bali sudah pernah diikutinya. Biasanya di ajang pameran tersebut, transaksi penjualan menggunakan QRIS.

Selain pameran, karya-karyanya juga dijual melalui media sosial seperti Instagram. Menurut ibunya, Ni Made Rosanti, pembayaran menggunakan QRIS sangat membantu anaknya. Sebelumnya, setiap transaksi dirinya harus ikut membantu sang anak mengurus pembayaran. Meskipun untuk kesiapan alat melukis masih harus dibantu, tetapi adanya sistem transaksi nirsentuh tersebut, membantu anaknya menjadi lebih mandiri. Apalagi bisa dilakukan dari berbagai rekening seperti Brimo BRI.

“Dulu jual belinya dibantu saya atau adiknua. Sekarang ada QRIS di hapenya langsung dia bisa cek,” tutur Rosanti.

Menurutnya, penjualan Agus tidak menentu. Namun, jika dirata-ratakan bisa mencapai Rp3 juta per bulan. Pendapatan tersebut sangat membantu anaknya sebagai seorang seniman. Rosanti mengungkapkan kini Agus jauh lebih berkembang berkat digitalisasi. Dia menceritakan sejak kecil anaknya memiliki bakat melukis. Karena keyakinannya dengan seni lukis, Agus memutuskan tidak melanjutkan sekolah usai tamat SMP dan memilih menekuni hobinya.

Rosanti menambahkan karya Agus mulai dikenal karena perkembangan digital. Awalnya, dilihat oleh salah seorang temannya. Dari situ, karyanya kemudian diorder dan dijadikan sketsa untuk dicetak di kaos. Hingga kemudian anaknya difasilitasi pemerintah untuk ikut pameran di kegiataan seperti IKM Bali Bangkit di Art Center Denpasar memamerkan karya di medium kanvas.

Beberapa karyanya juga sempat dilihat oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan menteri. Agus bercita-cita ingin membantu orang tuanya meskipun memiliki kekurangan. Menurutnya, digitalisasi telah membantunya melangkah menuju tahap tersebut. Tidak hanya menambah pendapatannya, melainkan meningkatkan kepercayaan dirinya bersaing di dunia nyata.

Ketua Dekranasda Bali Putri Koster menjelaskan Pemprov Bali membuka buka ruang seluas-luasnya untuk perkembangan digitalisasi di Bali. Kebijakan ini dianut agar jangan sampai ruang di Bali digunakan oleh pihak lain dan warga lokal cuma jadi penonton saja. Menurutnya, digitalisasi dapat digabungkan dengan seni dan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Bali. Orang Bali harus tetap mempertahankan jiwa seninya, jangan sampai hilang. Apa yang diadopsi oleh pelaku usaha yang diberikan kesempatan berpameran di Art Center menurutnya contoh digitalisasi dan budaya serta usaha bisa beriringan.

“Nah dengan perkembangan teknologi digital di Bali bisa dipadukan kedua unsur itu,” jelasnya.

Regional CEO BRI Denpasar Wilayah Bali Nusra Recky Plangiten menyatakan penggunaan QRIS merupakan bentuk dukungan perbankan terhadap masyarakat di Pulau Dewata. Sampai dengan Mei 2023, ada sebanyak 201.000 merchant QRIS  BRI yang tersebar di wilayah Bali, NTB, dan NTT. Dia menegaskan dengan QRIS BRI, transaksi menjadi lebih mudah dan aman, karena langsung tercatat dan terdapat bukti transaksi setelah pembayaran berhasil.

"Selain itu, transaksi akan lebih praktis karena tidak perlu menyediakan uang kembalian dan dapat dibayarkan dengan m-banking atau e-wallet apapun," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Feri Kristianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler