Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UMKM Bali Mulai Bangkit Kembali Karena Ditolong KUR

Ketika pandemi terjadi, hampir semua pelaku usaha tersebut mengalami penurunan kinerja penjualan.
Perajin batok kelapa di Desa Kelan, Kabupaten Badung. Bisnis/Feri Kristianto
Perajin batok kelapa di Desa Kelan, Kabupaten Badung. Bisnis/Feri Kristianto

Bisnis.com, DENPASAR—Penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR di Bali terbukti mampu menyelamatkan pelaku UMKM di Bali yang berusaha bangkit kembali usai kesusahan modal akibat pandemi. Abdul Aziz, perajin batok kelapa di Desa Kelan, Kabupaten Badung mengakui KUR telah membantu keberlanjutan usahanya.

Sebelum pandemi, dia biasa mendapatkan orderan tas, dompet, celengan hingga buste houder (BH) dari bahan batok kelapa hingga raturan unit setiap bulan. Ketika pandemi merebak di Pulau Dewata pada 2020, orderan itu terputus. Situasi tersebut terjadi hingga akhir 2020. Disetopnya orderan membuat Aziz harus mengandalkan uang tabungan untuk hidup sehari-hari.

Problemnya semakin bertambah ketika perekonomian di destinasi wisata ini mulai ada pergerakan dan muncul kembali permintaan pada awal 2021. Saat itu, pria asal Bondowoso ini justru tidak memiliki modal buat memutar usahanya. 

“Saya akhirnya mengajukan KUR Rp30 juta ke BRI di sini, dari sini bisnis bisa berputar lagi,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (30/5/2023). 

Suntikan modal Rp 30 juta yang didapat dari BRI itu digunakan untuk membeli bahan-bahan batok kelapa dan bahan lainnya untuk kembali membuat kerajinan. Aziz mengaku, sudah belasan tahun menekuni kerajinan batok kelapa. Sebenarnya, masih tersisa sedikit tabungannya tetapi tidak cukup untuk membeli kebutuhan bahan baku Lewat pinjaman KUR tersebut.

Aziz merasa terbantu untuk modal usahanya dan orderan pelanggannya pun dia bisa selesaikan dan usaha kerajinan batok kelapanya kini kembali bangkit setelah dihantam Pandemi Covid-19. Pengasilan Aziz per bulan kini mencapai sekitar Rp 3 hingga Rp 4 juta per bulan. 

Pengalaman serupa juga dialami oleh Fitriani, pemilik usaha toko bahan kebutuhan pokok di Desa Kelan, Kabupaten Badung. Selain memiliki toko sembako, Fitri juga punya usaha rumah kos-kosan. Ketika pandemi Covid-19, kos-kosannya sepi. Saat itu, banyak penyewa kos memilih pulang kampung karena tidak bekerja.

Praktis pendapatannya hanya bisa mengandalkan dari toko sembako. Hanya saja, asat pandemi tokonya juga tidak bisa mendapatkan penjualan dalam jumlah besar. Situasi ini memunculkan masalah ketika, pada 2021, penjualan mulai bergerak. Fitriani mengaku dihadapkan pada masalah terbatasnya modal. Bersyukur akhirnya ada tawaran KUR dan dia memutuskan meminjam senilai Rp100 juta. Dari modal tersebut, bisnisnya kembali bergerak kencang. 

“Sekarang sudah lumayan normal, bunga KURnya juga rendah jadi membantu sekali pas saat pulih pandemi,” jelasnya. Pengalaman dua pelaku

UMKM tersebut mewakili curahan hati pelaku usaha di destinasi wisata ini yang bangkit paska pandemi. UMKM memiliki peran penting terhadap perekonomian di pulau berpenduduk 4,4 juta jiwa orang ini. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Bali, pada akhir 2019 terdapat 327.353 unit UMKM. Mereka ditaksir berkontribusi terhadap PDRB pulau berjuluk Island Paradise ini sebesar 83,27 persen.

Ketika pandemi terjadi, hampir semua pelaku usaha tersebut mengalami penurunan kinerja penjualan. Situasi itulah yang membuat kinerja UMKM di pulau seluas 5.780 km persegi ini butuh suntikan modal agar perekonomian bergerak. Keberadaan KUR dinilai sangat tepat.

Gubernur Bali I Wayan Koster dalam berbagai kesempatan menjelaskan bahwa perekonomian Bali saat pandemi membutuhkan bantuan. Uluran tangan pada saat itu hingga sekarang sangat penting agar para pelaku usaha pariwisata dan usaha dukungan pariwisata tetap bertahan. Menurutnya dibutuhkan pinjaman lunak dari pemerintah untuk membantu mereka agar tidak bangkrut atau melakukan PHK. 

BRI Regional Office Denpasar mengakui antusias masyarakat di daerah ini untuk menyerap KUR sangat besar. Optimisme itu dipicu oleh rendahnya suku bunga yang ditawarkan dibandingkan program kredit lain. Sebagai gambaran, KUR menawarkan suku bunga 6 persen per tahun dengan jangka waktu maksimal sampai dengan 5 tahun. 

Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten menegaskan komitmennya untuk terus menyasar sektor produktif di Bali demi membantu pemulihan ekonomi. Dia menuturkan penyerapan KUR di Wilayah Bali, NTB, dan NTT sepanjang tahun 2022 didominasi sektor produktif. Respon positif dari masyarakat akan kehadiran KUR dengan suku bunga rendah ini menyebabkan penyerapan KUR di wilayah Bali, NTB, dan NTT dapat dimaksimalkan. 

“Respon tersebut disambut baik oleh BRI dengan memberikan kemudahan dan kecepatan pelayanan KUR baik yang diajukan melalui Unit Kerja BRI maupun secara online,” tuturnya dalam keterangan tertulis. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Feri Kristianto
Editor : Feri Kristianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper