Bisnis.com, DENPASAR – Pulau Dewata menargetkan diri sebagai pusat pariwisata hijau atau green tourism yang ramah lingkungan dan memberikan kualitas pariwisata yang lebih baik bagi wisatawan.
Pemprov Bali mulai membangun ekosistem untuk mewujudkan pariwisata hijau melalui pengembangan energi hijau atau green energy, dengan target pembangunan pembangkit ramah lingkungan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sedang digencarkan. Selain pengembangan infrastruktur energi hijau, hotel bintang di Bali juga mulai beralih menggunakan compressed natural gas (CNG) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dapur dan restoran di hotel.
Selain itu, transisi ke kendaraan listrik terus dilakukan sebagai upaya mengurangi menjaga kualitas udara Bali sehingga wisatawan merasa lebih nyaman berwisata dan terhindar dari kebisingan. Saat ini jumlah kendaraan listrik di Bali sudah mencapai 1.064 unit, baik sepeda motor maupun mobil listrik.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace, menjelaskan sumber energi hijau akan menjaga pariwisata Bali secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas pariwisata Bali. “Kita mengarah kepada pariwisata berkualitas dengan membangun pelayanan dan infrastruktur energi hijau. Sudah saatnya mengembangkan pariwisata Bali yang berkelanjutan,” jelas Cok Ace kepada Bisnis, Selasa (13/9/2022).
Pengembangan pariwisata hijau ini juga upaya Bali menarik potensi wisatawan mancanegara (wisman) maupun domestik yang ingin berwisata dengan konsep hijau. Mulai dari makanan yang berasal dari pertanian organik, transportasi dengan bahan bakar energi bersih.
Menurut Cok Ace, lahan pertanian Bali sedang dialihkan ke pertanian organik, untuk memproduksi sayur dan bahan makanan alami yang berkualitas. “Kami sudah melakukan pendampingan terhadap petani dalam pengembangan pertanian organik,” ujar Cok Ace.
Baca Juga
Hingga Juli 2022, luas sawah yang sudah dikonversi ke pertanian organik mencapai 29.800 hektare. Sedangkan pada 2023, Pemprov Bali menargetkan 70.000 hektare sawah sudah menggunakan pupuk organik dan meninggalkan pupuk kimia. Selain sawah, sejumlah 150.000 hektare ladang dan perkebunan di Bali juga sudah menggunakan pupuk organik, targetnya 200.000 hektare ladang dan perkebunan di Bali sudah menjadi lahan organik. (C211)