Bisnis.com, MATARAM – Harga gabah di Provinsi Nusa Tenggara Barat anjlok pada musim panen 2022 sehingga berpotensi menimbulkan kerugian di kalangan petani.
Harga Gabah Panen Kering (GPK) di tingkat petani jatuh ke angka Rp3.200 per kg dari harga normal Rp5.300 kg sesuai dengan ketentuan pemerintah. Jatuhnya harga gabah di NTB mulai terjadi sejak Maret 2022, dan merata di pulau Lombok dan Sumbawa.
Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Abdul Muis S Ali, menjelaskan ditengah jatuhnya harga gabah di pasar, Bulog NTB tetap menyerap harga gabah sesuai dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah yakni Rp5.300 per kg untuk gabah kering dan Rp8.300 per kg untuk beras.
“Kami tetap menyerap beras petani dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Pada 2022 ini potensi serapan Bulog NTB 42.000 ton,” jelas Muis dalam keterangan resmi, Minggu (29/5/2022).
Muis menjelaskan, Bulog memiliki keterbatasan dalam penyerapan gabah petani, karena penyimpanan beras petani di gudang Bulog masih tinggi akibat rendahnya distribusi beras Bulog. “Kami memiliki keterbatasan gudang penyimpanan walaupun ingin menyerap lebih banyak gabah petani pada setiap musim panen. Stok beras dari pembelian 2021 yang masih di gudang saja masih 60.000 ton, sekarang kami targetkan 42.000 ton pembelian, padahal kapasitas gudang Bulog hanya 75.000 ton,” ujar Muis.
Masih menumpuknya stok tahun lalu di gudang Bulog akibat dicabutnya program yang dulunya melibatkan Bulog seperti penyaluran beras rakyat miskin (raskin), penyaluran beras untuk PNS, dan bantuan sosial lainnya yang saat ini pemerintah banyak melibatkan swasta.
Baca Juga
“Jadi Bulog jika momen harga gabah jatuh saat ini serba salah, dan selalu disalahkan. Padahal kami hanya menyerap 5 persen dari seluruh gabah petani. 95 persennya merupakan mekanisme pasar,” ujar Muis.
Jatuhnya harga gabah di tingkat petani masih menjadi masalah klasik di NTB, sementara itu luas lahan panen padi di NTB terus diperluas, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, luas lahan tanam padi sejak 2021 naik menjadi 276.210 hektar. Hal tersebut berdampak ke peningkatan produksi gabah pada 2021 menjadi 1.4 juta ton. (K48)