Bisnis.com, MATARAM - Pemanfaatan remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB yang bekerja di luar negeri masih didominasi untuk kebutuhan konsumtif.
Badan Pengawas Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Mataram mencatat, remitansi dari PMI asal NTB pada 2021 mencapai Rp1 triliun. Remitansi tersebut masuk PT Pos Indonesia dan Bank Indonesia.
Kepala BP2MI Mataram Abri Danar Prabawa menjelaskan sebagian besar dana remitansi yang masuk digunakan untuk keperluan konsumtif, dan masih sedikit yang menggunakan sebagai modal usaha produktif.
"Perlu ada peningkatan literasi keuangan bagi PMI NTB, karena remitansi yang masuk dari PMI besar sekali, saya pernah cek di kantor Pos kecamatan Alas, kabupaten Sumbawa, dalam satu bulan remitansi yang masuk mencapai Rp2 miliar, jadi sebesar itu uang PMI berputar di satu kecamatan, tetapi dana itu masih dipakai untuk hal yang konsumtif, belanja dan bayar hutang," jelas Abri melalui telepon, Selasa (19/4/2022).
Rendahnya literasi keuangan, membuat PMI tidak memiliki orientasi mengembangkan usaha produktif, sehingga berpotensi menjadi PMI dalam jangka waktu yang lama. "Banyak yang hanya berorientasi kerja di luar negeri, jika pulang paling tiga bulan di rumah kemudian kembali lagi. Jadi ini perlu pelibatan lembaga keuangan untuk meningkatkan literasi mereka, kami akan berkoordinasi dengan lembaga seperti OJK," kata Abri.
Menjelang lebaran, remitansi yang masuk berpotensi tinggi, Abri menjelaskan sepanjang kuartal I/2022 saja, rata-rata remitansi yang masuk melalui Bank Indonesia mencapai Rp20 miliar per bulan. "Kalau menjelang lebaran potensi remitansi yang masuk lebih tinggi dari sebelumnya ada, sebagai gambaran kuartal I/2022 saja sudah sebesar itu," ungkap Abri.
Baca Juga
Jumlah PMI asal NTB yang berada di luar negeri mencapai 250.000 orang, berada di berbagai negara seperti Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Korea Selatan, Qatar, Singapura. (K48)