Bisnis.com, MATARAM - Beras di Perum Bulog Nusa Tenggara Barat menumpuk setelah panen raya karena rendahnya penyaluran beras sepanjang 2021.
Hingga November 2021, penyaluran beras Bulog baru 9.178 ton dari serapan beras sejumlah 21.737 ton. Penyaluran tersebut jauh menurun dibanding 2020 yang penyalurannya mencapai 39.630 ton.
Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis menjelaskan rendahnya realisasi beras disebabkan kantong penyaluran yang selama ini menjadi andalan Bulog dialihkan ke pihak swasta.
"Dulu kami menyalurkan beras ke ASN, tetapi setelah reformasi kan tidak boleh lagi. Kemudian sejak 2020 kami tidak lagi menyalurkan beras raskin. Program BPNT sekarang pun tidak menggunakan beras Bulog tetapi swasta," jelasnya, Senin (8/11/2021).
Beras dan gabah Bulog saat ini masih banyak tersimpan di gudang milik Bulog maupun gudang mitra bulog. Sementara beras maupun gabah memiliki batas waktu pendek sebelum rusak. "Kapasitas gudang kami hanya 60.000 ton, selebihnya kami simpan di gudang mitra, itu pun waktunya terbatas," ujarnya.
Jika beras di gudang tersebut belum bisa terealisasi, Bulog khawatir tidak bisa menyimpan beras yang diserap dari petani pada musim panen mendatang. "Sebentar lagi panen, kami bisa menyerap tapi gudang penyimpanan tidak ada," kata Abdul.
Baca Juga
Opsi pengiriman ke luar daerah tidak bisa optimal dilakukan karena di daerah lain juga sedang panen raya. "Kondisi di daerah lain juga tidak jauh berbeda. Opsi ekspor juga tidak bisa karena kita harga kita tidak kompetitif dibanding negaga lain," paparnya.
Selain itu, Bulog NTB juga ditarget menyalurkan beras yang diserap untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh Bank saat menyerap beras dan komodita lainnya. Total hutang bulog hingga November 2021 Rp803 miliar dengan dengan bunga pinjaman Rp72 miliar per tahun. (K48)